Senin, 21 Agustus 2023
Peringatan Wajib St. Pius X, Paus (P).
Hak 2:11-19; Mat 19:16-22.
Hari ini Gereja memperingati Santo Paus Pius X. Paus X dilahirkan sebagai anak kedua dari sepuluh bersaudara, pada tahun 1835. Nama kecilnya adalah Giuseppe Melchior Sarto. Meski berasal dari keluarga yang berkekurangan, namun Sarto justru memiliki tradisi kuat dalam hal iman akan Kristus, sebagai warisan dari kedua orang tuanya. Sejak sekolah dasar, ia juga dikenal begitu aktif, cerdas, dan punya intelektualitas yang cemerlang.
Pada usia 23 tahun, Giuseppe Sarto ditabhiskan menjadi imam. Selama menjalani karya sebagai imam, Pastor Giuseppe biasa memberikan segala yang ia miliki demi membantu mereka yang membutuhkan, sebuah kebiasaan yang terus dipertahankannya bahkan setelah menjadi uskup dan kardinal.
Ketika Paus Leo XIII wafat pada tahun 1903, Kardinal Giuseppe Sarto diangkat menjadi paus. Ia memilih nama Pius X. Secara istimewa ia dikenang karena kasihnya yang berkobar-kobar kepada Ekaristi Kudus dengan mendorong semua orang untuk menyambut Yesus sesering mungkin, bahkan tiap hari. Pius X juga mengerahkan banyak tenaga untuk memperbaharui liturgi dan merevisi Ibadat Harian Gereja. Dan ketika pecah Perang Dunia I, Paus Pius X teramat menderita. Ia mengatakan, “Aku akan dengan senang hati menyerahkan nyawaku demi menyelamatkan anak-anakku yang malang dari penderitaan yang mengerikan ini.”
Paus Pius X wafat pada tanggal 20 Agustus 1914. Dalam surat wasiatnya ia menulis, “Saya dilahirkan miskin, saya hidup miskin, saya berharap mati miskin.”
Apa yang dihidupi oleh Santo Paus Pius X ini, sejatinya adalah penghayatan dari pesan injil hari ini. Di mana kita diajak oleh Yesus untuk tidak melekatkan diri pada kekayaan duniawi agar bisa menggapai harta surgawi. “Jika engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di surga. Kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku.”
Maka marilah kita mohon doa Santo Pius X, agar kita pun sanggup untuk tidak mengikatkan diri pada harta duniawi, tetapi mampu menggunakannya secara tepat dan bijaksana agar kemudian bisa menghantar kita untuk menggapai harta surgawi. Dan untuk itu yang bisa kita mulai dengan keberanian untuk menyerahkan seluruh hidup kita bagi Tuhan, setia kepada Tuhan, dan siap diutus bagi orang lain dengan sepenuhnya memberikan diri bagi sesama, sehingga kasih Allah dapat dirasakan melalui pemberian hidup kita bagi orang lain.