Kamis, Juli 25, 2024
25 Tahun Mgr Petrus Turang

Mgr. Petrus Turang: Pribadi Humanis, Tegas, dan Berhati Lembut

oleh: RD. Dr. Maxi Un Bria

25 Tahun yang lalu, 27 Juli 1997 di Arena Pemeran Fatululi Kota Kupang- NTT ,( Saat ini telah berubah menjadi Lippo mall dan Rumah Sakit Siloam ) Mgr. Petrus Turang dithabiskan menjadi Uskup Keuskupan Agung Kupang. Sebagai seorang frater inilah pengalaman pertama menyaksikan thabisan seorang uskup dalam hidup. Mgr. Petrus Turang memang ganteng dengan pandangan yang tajam. Aura kepemimpinan dan kasih terpancar dari wajahnya. Adalah sebuah kebanggaan dan kegembiraan bila sesekali dapat menjumpai pribadi berkharisma ini. Apalagi mendapat kesempatan untuk berdialog dan mendapatkan pencerahan.

Secara pribadi sebetulnya kami mendapat kesempatan untuk bertemu ketika menjalang tahbisan diakon tahun 2000. Ada satu pengalaman yang sulit dilupakan. Entah mengapa sebelum mengikuti retret persiapan thabisan, saya bersama teman-teman seangkatan dipanggil untuk menjumpai Bapak Uskup. Hati kami bergetar, lantaran ada beberapa frater dari keuskupan yang ditunda untuk ditahbiskan. Namun kegusaran itu berubah dan hilang seketika saat mendengar pernyataan singkat Mgr. Petrus Turang. “Maxi siapkan diri untuk mengikuti ret-ret dan thabisan“. Mataku berkaca-kaca, bahagia dan terharu, mendengar pernyataan Mgr. Turang yang singkat itu ternyata sangat meneduhkan dan meneguhkan. Sebagai manusia yang jelas bahagia dan hanya dapat mengucapkan terima kasih Bapak Uskup. Pengalaman tersebut , semakin meyakinkan saya bahwa pernyataan seorang Uskup mendatangkan berkat dan sukacita yang berkanjang dalam melanjutkan ziarah perjalanan panggilan.

Sebagai imam muda yang dithabiskan Tanggal 3 September 2000 oleh beliau bersama teman seangkatan Rm. Arki Asa, Rm. John Rusae dan P. John Tamonob, SVD menerima thabisan Imam di Gereja Katedral Kristus Raja Kupang, saya mendapat perutusan pertama untuk bertugas di Paroki Gembala Yang Baik Alor-Pantar. Saat itu di Kabupaten Alor hanya terdiri dari 1 paroki, dan kini di tangan dingin gembala Mgr. Petrus Turang, sudah ada 4 paroki dengan jumlah10 pastor yang melayani di sana. Satu hal yang mengagumkan yakni dalam setiap kunjungan pastoral, Bapak Uskup selalu menyempatkan diri untuk berdialog dan berbagi certia dengan para pastor dan frater. Diakhir cerita biasanya Bapak Uskup akan mengambil dari isi dompetnya dan berbagi dengan para pastor dan frater. Itulah yang sering saya sebut dengan dompet sukacita. Bapak Uskup Turang suka berbagi dan hal itu dilakukan dengan gembira dan tulus. Ia suka berkeliling mengunjungi umat di paraoki dan stasi di pelosok. Kehadirannya meberikan sukacita dan damai. Sesuai motto tahibsannya’ Pertransiit bene Vaciendo” begitulah hidupnya, suka berkeliling seraya berbuat baik bagi banyak orang. Bukan hanya untuk komunitas Katolik, lintas komunitas Bapak Uskup suka berbagi dan memberi warta gembira.

Bersinergi dan berjalan bersama Pemerintah dan Masyarakat
Bapak Uskup Turang selalu mengingatkan para pastor agar di mana pun mereka diutus untuk melayani, hal pertama yang mesti diperhatikan adalah membangun komunikasi dengan tokoh masyarakat setempat mulai dari RT sampai dengan desa . Hal ini dimaksudkan untuk membangun sinergitas pelayanan dimulai dari tingkat yang paling kecil. Dengan memperhatikan komunikasi dan harmoni hidup bersama pelayanan akan dapat dilakukan secara efektif dan dapat meningkatkan partispasi umat dan masyarakat.

Kerja tim dan bersaudara

Sepanjang penggembalaan Mgr. Turang, di Keuskupan Agung Kupang setiap kali menghadiri misa pontifikat yang dirayakan sebelum perayaan Paskah, berulangkali pesan persaudaaraan dan kerjasama diantara para imam sangat ditekankan. Para imam diingatkan untuk memupuk dan merawat persaudaraan dan Kerjasama pastoral baik dengan sesama rekan imam maupun awam. Persaudaraan dan kerjasama mulai dari kamar makan sampai dengan pelayanan pastoral dapat menjadi kesaksian bagi umat beriman tentang dimensi persekutuan. Setiap kali Mgr. Turang mengingatkan perihalan persaudaraan dan kebersamaan. Karena menurut beliau membangun persaudaraan dan kerjasama yang berkanjang itulah yang menjadi tantangan bagi segenap agen pastoral. Konflik interest maupun konflik internal dapat menjadi penghambat dalam pelayanan, karena itu spirit persaudaraan dan kerja bersama yang didasari oleh sakramen permandian hendaknya meneguhkan tugas perutusan dan pelayanan kepada umat di tengah masyarakat sekular dan global dewasa ini.

Sukacita Injil Dan Iman

Dalam berbagai homily dan perjumpaan Mgr. Turang selalu menginspirasi para imam dan awam agar tidak kehilangan kegembiraan Injil dan iman dalam berbagai bentuk pelayanan dan kegiatan pastoral. Setiap agen pastoral yang bersukacita tidak kehilangan energi dan pengharapan dalam karya pewartaan dan pelayanan.
Sukacita injil dan iman menjadi kekuatan para murid Kristus dalam merawat keberlanjutan pewartaan dan pelayanan pastoral gereja di tengah masyarakat yang multicultural.

Komunikasi yang rasional dan humanis

Mgr. Turang yang cerdas dan visioner selalu mengginginkan para pastor juga menggunakan ratio atau otak dalam merencanakan program pastoral ataupun mengambil keputusan. Segala hal yang tidak rasional dan atau tidak logis akan ditantang untuk menemukan alasan dan tujuan. Argumentasi yang dibangun mesti dipahami dengan baik. Itulah sebabnya bila dalam perjumpaan dan diskusi jika ternyata ada keputusan yang tidak dikaji dengan baik beliu akan katakan “ You mesti pakai ini” seraya menunjukkan jari ke arah kepala. Intinya bahwa Mgr. Turang yang suka membaca dan memiliki budaya literasi yang tinggi, dalam percakapan dan berbgai kesempatan mengingatkan agar para imamnya juga menggunakan otak selain hati nurani dalam mengambil keputusan. Sekalipun demikian beliau segera akan mencairkan suasana dengan ceritera-ceritera guyon yang inspiratif.

Semua persoalan selesai di meja makan

Dimensi kerahiman dan kebapaan Mgr. Turang terlihat sangat kuat saat berada di kamar makan. Semua masalah ataupun ketegangan berkomunikasi yang dirasakan saat berdialog dengan Bapak Uskup Turang selesai di kamar makan. Di kamar makan semua menikmati menu yang telah tersedia diselingi dengan ceritera-ceritera pastoral, maupun diskusi-diskusi ringan mulai dari masalah sosial ekonomi, sejarah dan politik menjadi kekayaan dan masukan yang sangat berarti. Bapak Uskup Turang sering berguyon, “Dari pembicaraan-pembicaraan omong kosong di meja makan kita telah mendapat banyak hal untuk hidup” di bandingkan dengan keseriusan berdiskusi di ruang pertemuan. Suasana yang huminis, kekeluargaan dan persaudaraan sangat menonjol dan teralami di kamar makan. Semua masalah atau yang dikatakan mengganjal hati akan selesai di kamar makan. Mgr. Turang tidak menyimpan persoalan dalam hati . Beliau bukan pribadi sentimental apalagi pendendam. Semua masalah dapat diselesaikan dengan bijak. Di meja makan semua suasana menjadi cair.

Tanpa HP di tangan

Mgr. Turang pribadi yang tegas dan disiplin. Ia komit dalam prinsip. Ia selalu tepat waktu bahkan hadir lebih awal. Selama mengikuti pertemuan dalam forum apapun ia tidak pernah membawakan hand phone. Sejak semula ia memiliki prinsip tidak membawa handphone dalam ruang pertemuan dan kamar makan. Bahkan di ruang kerja Beliau selalu dijumpai di depan computer dan atau sedang membaca . Dalam percakapan ia tekun mendengarkan pembicara sebelum memberikan tanggapan. Pikirannya tajam dan mendalam. Sebuah indikator bahwa beliau banyak membaca dengan pengetahuan yang luas. Berdiskusi dengan Mgr. Turang selama satu jam sudah dapat membawa pulang banyak ilmu.

Dekat dengan anak-anak dan orang sederhana

Mgr. Turang bila m,engadakan kunjungan pastoral ke paroki dan stasi pedalaman, pasti akan selalu membawa ratusan paket makanan untuk anak-anak maupun bagi keluarga-keluarga sederhana. Beliau pribadi yang sederhana dan hatinya sangat tulus dalam memperhatikan anak-anak dan orang-orang sederhana. Sesuai dengan motto thabisannya, Mgr. Turang selalu rajin mengunjungi umat di paroki dan stasi pedalaman di wilayah Keuskupan Agung Kupang.
Selain menyatu dengan umat yang kecil, Mgr. Turang juga suka menanam berbagai pohon . Sering kali di waktu luang Mgr. Turang akan berkebun di Kebun Keuskupan Oelamasi Kabupaten Kupang. Belakangan ini di Kebun Keuskuapan ini beliau mengembangkan tanaman sorgum yang diharapkan akan memproduksi bibit unggul, untuk di kembangkan di semua paroki di keuskupan Agung Kupang.

Mgr. Turang dimana pun ia pergi selalu menghadirkan kebaikan bagi banyak orang seraya memberikan pencerahan dan inspirasi yang menggerakkan para pastor dan umat untuk berjalan bersama demi membangun hidup yang berkualitas dan betumbuh dalam arti sepenuhnya. Demikianlah Mgr. Turang sang gembala Kesukupan Agung Kupang yang visioner, tegas, murahhati , sederhana dan dekat di hati umat dan masyarakat. Ia memiliki kecakapan dan kecerdasan komunikasi dan diplomasi lintas budaya dalam memimpin Gereja Katolik Keuskupan Agung Kupang di tengah masyarakat Provinsi NTT yang multi etnis, agama, budaya dan Bahasa.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *