Kamis, Juli 25, 2024
Renungan Harian

Selasa, 22 Agustus 2023

– Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu
Hak. 6:11-24a;
Mat. 19:23-30;

Hari ini Gereja memperingati Santa Perawan Maria, Ratu. Sebuah perayaan liturgis yang adalah kelanjutan dari perayaan Santa Perawan Maria diangkat ke surga. Maria disebut Ratu oleh karena Kristus adalah Raja. Konsili Vatikan II meneruskan tradisi sejak abad IV, dengan menegaskan: “Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya” (Lumen Gentium, 59). Gelar Ratu diberikan untuk menunjukkan secara resmi bagaimana keadaan Santa Perawan Maria yang bertahta di sisi Puteranya, Sang Raja Kemuliaan.

Kita harus mengakui juga bahwa pemberian gelar kepada Maria sebagai ratu, bukan karena ketenaran, kemewahan lahiriah atau kecantikannya, melainkan karena ketaatan, kerendahanhati dan kesetiaan Maria. Paus Benediktus XVI menunjukkan bahwa penerimaan Maria yang rendah hati dan tanpa pamrih pada kehendak Allah merupakan alasan utama ia dihormati sebagai Ratu Surga.

Bacaan injil hari ini mengetengahkan kepada kita suatu ilustrasi bagaimana seseorang dihadapkan pada sikap yang menuntut diri untuk menjadi rendah hati dan lepas bebas di hadapan Tuhan. ”Lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Unta adalah binatang penurut sehingga, mudah untuk melepaskan segala barang-barang yang melekat ditubuhnya untuk bisa masuk melalui pintu lubang jarum. Hal ini dipertentangkan dengan manusia, yang seringkali amat sulit untuk melepaskan apa yang kita miliki, termasuk melepaskan harta kekayaan kita, apalagi untuk mendermakannya kepada yang membutuhkan. Alih-alih mendermakan, yang lebih sering kita pikirkan justru bagaimana caranya agar kekayaan kita semakin bertambah. Maka dari itu, penyebutan orang kaya di sini bukanlah langsung menunjuk pada kekayaan materi, tetapi lebih pada situasi kemapanan, kenyaman dan kelekatan terhadap sesuatu. Inilah sikap-sikap yang sering menghalangi seseorang menjadi rendah hati di hadapan Allah. Dengan sikap-sikap seperti itu, orang sering mencari Allah hanya sekedar untuk melengkapi kemapanan atau kenyamanan diri semata. Sebab ia beranggapan bahwa hidup kekal mampu diraih dengan kemampuan sendiri, dengan harta yang kita miliki, atau dengan olah kesalehan pribadi.

Semoga “sindiran” Yesus hari ini mengena di hati kita sehingga kita mudah untuk melepaskan diri dari berbagai macam ikatan yang membebani dan menghalangi kita untuk berjalan di jalan Tuhan. Semoga dengan belajar dari teladan Santa Perawan Maria, kita juga lebih menurut untuk diarahkan dan dituntun oleh Tuhan melewati jalan-Nya, yakni jalan keselamatan.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *