Kamis, Juli 25, 2024
Renungan Harian

Rabu, 23 Agustus 2023

Hak. 9:6-15; Mat. 20:1-16a.

Kecenderungan iri hati datang dari semangat cinta diri berlebihan. Bagi orang yang terjebak dalam cinta diri yang seperti ini, pertanyaan spontan yang selalu muncul dalam dirinya adalah: saya dapat apa atau saya dapat berapa? Dan pertanyaan lanjutannya adalah, apakah ‘orang lain’ dapat lebih banyak atau lebih kurang dari saya? Dan kalau orang lain dapat lebih banyak, maka kita mulai kurang senang, iri, dengki dan menciptakan permusuhan. Perasaan-perasaan negatif ini tentunya merupakan suatu masalah sangat mendasar yang dapat menciptakan kesulitan bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan yang lain dalam kebersamaan.

Inilah yang ditunjuk Yesus dalam perumpamaan yang kita dengarkan dalam Injil hari ini. Para pekerja kebun anggur, teristimewa mereka yang telah bekerja hari itu dengan jam kerja yang lebih panjang menunjukkan kelemahan yang fundamental ini (iri hati). Kebaikan, kemurahan hati dan keterbukaan sang pemilik kebun anggur (Bapa surgawi) lalu tidak dapat ditanggapi dengan benar. Apabila kita cermati cerita ini, tanggapan atau respons yang salah dari mereka terhadap kemurahan sang pemilik kebun anggur itu merupakan penyebab terjadinya perpecahan di antara para pekerja tersebut, mereka merasa iri hati dan mengeluh.

Hal ini bisa juga menimpa kita sekalian. Keserakahan dan kecemburuan atau iri hati menggiring kita kepada perpecahan dalam komunitas, dalam hidup bersama. Hal-hal buruk itu mendatangkan dosa yang melawan cinta kasih, menimbulkan berbagai prasangka dan praduga buruk terhadap orang lain, dan juga menyebabkan hilangnya komunikasi.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *