Rabu, Desember 4, 2024
25 Tahun Mgr Petrus Turang

25 Tahun “Pertransiit Benefaciendo”

Oleh: Valentinus Dile Keyn

“Pertransit Benefaciendo” yang secara harafiah berarti “Dia berjalan sambil berbuat baik” adalah motto tahbisan dari uskup agung kupang. Motto ini di pilih oleh Mgr. Petrus Turang, ketika tahun 1997 menerima rahmat tahbisan episkopal sebagai Uskup Coajutor Keuskupan Agung Kupang. Motto yang diambil dari teks Kisah Para Rasul 10:38 ini, menjadi dasar dan spirit yang menuntun dan menyemangati Mgr. Petrus Turang, yang waktu itu merupakan pribadi yang asing bagi sebagian besar umat di Keuskupan Agung Kupang. Meskipun demikian bagi Mgr. Petrus Turang sendiri, wilayah Keuskupan Agung Kupang bukanlah daerah baru baginya. Sebab sejak menjabat sebagai sekretaris Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (Komisi PSE) dan Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia (KKI) Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), beliau telah berualng kali mengunjungi beberapa paroki yang berada di wilayah Keuskupan Agung Kupang.

Dengan wilayah pelayanan yang luas, keberagaman kondisi dan situasi sosial budaya umat, tentu menjadi persoalan dan tantangan sendiri. Pendekatan kontekstual yang menitikberatkan pada kebutuhan riil umat menjadi kekhasan beliau. Sejak awal masa penggembalaannya, Mgr. Petrus Turang senantiasa mengajak Gereja Keuskupan Agung Kupang untuk membangun diri atas dasar iman kepada Yesus Kristus, yang diterima melalui rahmat Baptisan. Karena melalui baptisan, semua mendapat tugas dan misi yang sama dari Yesus Kristus yakni diutus untuk mewartakan Injil. Iman akan Yesus Kristus perlu dinyatakan dalam persekutuan hidup kristiani.

Motto “Pertransit Benefaciendo” merupakan kristalisasi dari refleksi mendalam Mgr. Petrus Turang, yang menyata dalam setiap karya pelayanan. Dengan berjalan tentu akan dipertemukan dengan hal-hal yang baru dan orang-orang yang baru. Dalam Kunjungan terdapat perjumpaan. Perjumpaan antara uskup dan umatnya, antara gembala dan domba-dombanya yang mampu memberikan insight bagi keduanya. Dari perjumpaan tersebut, lahirlah dialog yang mengantar pada pengenalan, keakraban dan kedekatan, serta kemampuan untuk memahami tiap persoalan yang dihadapi umat di wilayah ini.

Sebagai pribadi yang sebelumnya pernah menjabat sebagai Sekretaris PSE dan Ketua KKI KWI, Mgr. Petrus Turang tentu memiliki pendekatan tersendiri dalam melihat keterbatasan dan persoalan umatnya. Dengan latar belakang tersebut, Mgr. Petrus Turang lalu mengajak umatnya untuk memelihara, merawat dan mengelola hasil alamnya secara bijak. Alam, lingkungan dan manusia hendaknya hidup selaras agar keduanya mampu saling mengisi tanpa merugikan satu sama lain.

Sejak ditahbiskan menjadi Uskup Agung Kupang, salah satu fokus pastoral Mgr. Petrus Turang adalah Persekutuan Hidup Kristiani yang Mandiri dan setiakawan dalam Semangat Perutusan yang saling Melayani. Semangat persekutuan pertama-tama hadir dalam keluarga yang mana menjadi tempat tumbuhnya saksi-saksi iman. Semangat persekutuan ini lalu menyebar dalam persekutuan Kelompok Umat Basis (KUB) yang berjalan bersama menghayati akan pentingnya kesetiakawanan dalam hidup Gereja dan masyarakat. Cita-citanya dengan memperdayakan kelompok Basis, agar semakin mandiri, bersahabat secara tulus dan berpihak kepada orang kecil, lemah, miskin dan tersingkir serta terus bekerja sama demi tercapainya kesejahteraan bersama sebagai umat merupakan sebuah pemaknaan atas perutusan dalam semangat saling melayani dan memberi. Selain itu, Keluarga, KUB dan Paroki yang menjadi tempat awal terjadinya pendidikan dan pembinaan iman yang kelak menghadirkan para calon imam, para calon gembala yang akan berkarya di Keuskupan Agung Kupang. Hal ini ditandai dengan semakin suburnya benih-benih panggilan untuk hidup sebagai seorang imam diosesan. Terbukti sejak tahun 1997 dimana imam diosesan berjumlah 38 orang, kini telah bertambah 100 orang dengan jumlah keselurahn 138 imam diosesan dan 16 diakon yang tersebar di 38 gereja paroki dan 7 kuasi paroki yang ada di wilayah Keuskupan Agung Kupang.

Pendidikan dan pembinaan iman dalam Keluarga, KUB dan Paroki bukan saja menghasilkan para calon imam tetapi juga melahirkan para calon pemimpin yang kelak terlibat secara aktif dalam seluruh gerak pastoral di Keuskupan Agung Kupang dan berkarya bukan saja bagi gereja tetapi bagi bangsa dan negara. Pembinaan iman bagi kelompok-kelompok kategorial di dalam gereja seperti Serikat Anak Misioner (SEKAMI), Orang Muda Katolik (OMK) dan lain sebagainya mendapat perhatian khusus dari Uskup Agung Kupang. Salah satu contohnya ialah pembangunan Taman Ziarah Yesus Maria Oebelo. Tujuan didirikannya Taman Ziarah ini ialah agar semakin berkembangnya pembinaan iman bagi umat di wilayah Keuskupan Agung Kupang. Hal ini terungkap ketika Mgr. Petrus Turang memberkati Taman Ziarah ini. “taman Ziarah Yesus Maria Oebelo bukan saja tempat berdoa dan berziarah tetapi juga menjadi tempat pengembangan iman umat khususnya bagi para kaum muda”. Lebih jauh, kecintaan dan dukungan Mgr. Petrus Turang dalam pembinaan Iman umat khususnya orang muda ditandai dengan kegiatan diadakannya Temu Orang Muda setiap 3 (tiga) tahun sekali. Temu OMK yang pertama dilaksanakan di Kota Kupang tahun 2005 yang bertepatan dengan Tahun Liturgi “Misa, Misi dan Orang Muda”, Kab. Alor Tahun 2009, Kab. Timor Tengah Selatan; Soe tahun 2012 dan Oinlasi tahun 2015 dan kembali dilaksanakan di Kota Kupang tahun 2018 yang disatukan dengan Kegiatan Tamu Orang Muda Katolik tingkat Regio Nusra yang dihadiri oleh OMK dari seluruh Kesukupan yang ada di Regio Nusra.

Di sisi lain, gereja yang hidup di dunia, berziarah bersama umat dihadapkan dengan kenyataan kemajemukan dan keberagaman. Dalam konteks Kesukupan Agung Kupang yang memiliki umat yang berdomisili di Kota Kupang, Kab. Kupang, Kab. Timor Tengah Selatan, Kab. Rote Ndao, Kab. Sabu Rai Jua dan Kab. Alor dengan luas wilayah penggembalaan 12.130,15 km tentu memiliki kehasan dan tantangannya masing-masing. Kekhasan baik dari segi seni, budaya dan kearifan lokal menjadi unsur perekat duniawi di kalangan umat. Namun, terdapat juga tantangan-tantangan yang dihadapi selain persoalan sosial ekonomi ialah kenyataan kemajemukan umat. Umat yang hidup bersama dengan sesama yang lain yang berbeda-beda rentan terjadinya pepecahan atas dasar perbedaan Suku, Ras, Agama dan Budaya karena hal-hal ini merupakan bagian dari identitas manusia. Kerentanan ini hanya bisa direkatkan dengan sikap toleransi, pengakuan akan kehadiran yang berbeda dan mengedepankan sikap persatuan serta persaudaraan sebagai sesama manusia. Kebersamaan dalam dunia sebagai saudara bukan saja terbatas pada persaudaraan iman tetapi persaudaraan sebagai sesama manusia. Dengan demikian, segala hal yang mendatangkan perpecahan dapat dihindari, diminimalisir dan bahkan dihilangkan dalam relasi sosial antara sesama umat beragama dan umat beragama lain.

Dengan pada fakta refleksi akan kenyataan dan kebutuhan umat yang diperoleh Uskup Agung Kupang ketika ia berkunjung ke seluruh rumah ibadah yang ada di wilayah pastoralnya dari gereja kapela, gereja stasi, gereja kuasi paroki dan gereja paroki merupakan tanda nyata bahwa ia sungguh menghidupi motto tahbisan episkopalnya. “Dia berjalan sambil berbuat Baik”. Berdasarkan kunjungan dan perjumpaannya dengan umat inilah yang memampukan Mgr. Petrus Turang mengambil arah pastoralnya yang bersifat dinamis dan responsif, melihat konteks perkembangan yang terjadi di masyarakat dan umat Keuskupan Agung Kupang. Arah dasar pastoral ini mengacuh pada cita-cita Gereja sebagai persekutuan (communio). Terhitung selama 25 tahun tahbisan sebagai Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, telah melaksanakan 4 (empat) kali Musyawarah Pastoral (MUSPAS) diantaranya Pertama, “Persekutuan hidup kristiani yang mandiri dan setiakawan dalam semangat perutusan yang saling melayani” tahun 2002-2007, Kedua, “Kepelayanan sosial prinsip tanggungjawab dan tantangan keterlibatan sosial Gereja” tahun 2018-2012. Ketiga, “Tumbuhnya keluarga Kristiani yang memiliki kesadaran bersama dalam perjalanan hidup sebagai satu persekutuan gerejawi KAK guna menanggapi tantangan kehidupan iman dan kehidupan sosial ekonomi di tengah umat manusia dan alam semesta” tahun 2016-2019. Keempat, “Gereja Katolik Keuskupan Agung Kupang Berjalan bersama dengan semangat Injil menuju Kerajaan Allah dalam bingkai pergumulan kerajaan kemanusiaan”.

“Dia berjalan sambil berbuat baik” sebuah refleksi yang mendalam yang memberikan spirit untuknya pada setiap karya pelayaan Mgr. Petrus Turang sebagai Uskup Agung Kupang. Semangat yang mengikat dan mengeratkan seluruh umat di Keuskupan Agung Kupang untuk berjalan bersama-sama dan berbuat baik bersama-sama yang mana bersumber pada Injil agar kerajaan Allah dapat dirasakan kini dan disini, di dunia ini. Spirit dari Motto ini tidak berhenti pada semangat uskup semata tetapi dimaknai dan dihidupi dalam kehidupan sehari-hari umat di Keuskupan Agung Kupang dan “menjalar” sampai pada setiap orang yang mengenal Mgr. Petrus Turang. Hal inilah yang menjadikan beliau bapa rohani bagi semua umat beragama dan juga pemerintah.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *