Minggu, Maret 16, 2025
Renungan Harian

Kamis, 20 Februari 2025

Kej. 9:1-13; Mrk. 8:27-33  

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Dalam perjalanan-Nya ke Kaisarea Filipi, Yesus mengajukan pertanyaan penting kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Pertanyaan ini awalnya bersifat umum, meminta jawaban berdasarkan opini orang banyak. Tetapi Yesus tidak berhenti di sana. Ia mengarahkan pertanyaan itu secara pribadi kepada murid-murid-Nya: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”

Petrus, sebagai wakil murid-murid, dengan penuh keyakinan menjawab: “Engkau adalah Mesias!” Ini adalah pernyataan iman yang luar biasa, sebuah pengakuan bahwa Yesus bukan sekadar nabi atau guru biasa, tetapi Mesias yang diutus Allah. Namun, segera setelah pengakuan ini, terjadi peristiwa yang mengejutkan: ketika Yesus menjelaskan bahwa sebagai Mesias Ia harus menderita, ditolak, dibunuh, dan bangkit pada hari ketiga, Petrus menegur-Nya. Ia tidak dapat menerima bahwa Mesias yang ia akui harus mengalami penderitaan. Yesus pun menegurnya dengan keras: “Enyahlah, Iblis! Sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa pernyataan iman bukanlah sesuatu yang statis, melainkan suatu perjalanan yang terus berkembang. Petrus memang telah mengenali Yesus sebagai Mesias, tetapi pemahamannya masih terbatas pada gambaran Mesias yang penuh kemuliaan, bukan Mesias yang harus menderita. Yesus ingin membawa Petrus, dan kita semua, ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang siapa Dia sebenarnya.

Saudara-saudari, iman kita pun demikian. Kita mungkin telah mengakui Yesus sebagai Tuhan, tetapi apakah kita sungguh mengenal-Nya dalam seluruh kepenuhan-Nya? Apakah kita menerima Yesus hanya sebagai pembawa berkat dan mujizat, atau juga sebagai Tuhan yang mengundang kita untuk memikul salib bersama-Nya? Sering kali kita, seperti Petrus, ingin mengikuti Yesus tanpa mau menghadapi penderitaan atau tantangan iman. Tetapi Yesus mengajarkan bahwa pengenalan sejati akan Dia mencakup penerimaan akan salib dan penderitaan sebagai bagian dari rencana keselamatan Allah.

Maka, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: “Siapakah Yesus bagi saya?” Apakah saya mengenal-Nya hanya secara dangkal ataukah saya terus bertumbuh dalam pengenalan akan Dia? Iman kita harus selalu diperbarui dan diperdalam melalui doa, membaca Kitab Suci, dan pengalaman hidup yang membentuk kita.

Semoga Tuhan membantu kita untuk semakin mengenal-Nya, tidak hanya sebagai Tuhan yang penuh kuasa, tetapi juga sebagai Tuhan yang mengundang kita untuk ikut serta dalam misteri kasih dan pengorbanan-Nya. Amin.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *