Minggu, Maret 16, 2025
Renungan Harian

Senin, 17 Februari 2025

Kej. 4:1-15,25; Mzm. 50:1,8,16bc-17,20-21; Mrk. 8:11-13

Hari ini kita akan merenungkan firman Tuhan yang terdapat dalam Markus 8:11-13. Dalam bagian ini, orang-orang Farisi datang kepada Yesus dan meminta tanda dari surga untuk membuktikan bahwa Dia adalah benar-benar utusan Allah. Namun, Yesus tidak memberi mereka tanda apa pun dan malah meninggalkan mereka.

Mengapa Yesus menolak memberikan tanda? Bukankah Dia telah melakukan banyak mukjizat? Bukankah Dia telah menyembuhkan orang sakit, memberi makan lima ribu orang, dan bahkan membangkitkan orang mati? Lalu, mengapa Yesus menolak permintaan mereka?

Penolakan ini terjadi karena Yesus tahu isi hati mereka. Orang Farisi ini bukan datang dengan iman, melainkan dengan hati yang penuh keraguan dan niat untuk mencobai Tuhan. Mereka tidak benar-benar ingin percaya, melainkan hanya ingin melihat sesuatu yang spektakuler. Bagi mereka, iman adalah sesuatu yang bergantung pada bukti yang dapat dilihat dengan mata.

Tetapi Yesus ingin menunjukkan bahwa iman sejati tidak menuntut bukti. Iman sejati adalah percaya bahwa Tuhan selalu bekerja dalam kehidupan kita, bahkan ketika kita tidak melihatnya secara langsung. Ibrani 11:1 berkata, “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”

Dalam hidup ini, sering kali kita menghadapi situasi sulit. Kita berdoa, tetapi jawaban Tuhan tidak selalu datang seperti yang kita harapkan. Kita berharap mujizat terjadi, tetapi keadaan kita tidak berubah secara instan. Apakah kita akan tetap percaya? Ataukah kita seperti orang Farisi yang menuntut tanda sebelum kita bersedia beriman?

Saudara-saudara yang terkasih, Tuhan tidak selalu bekerja dengan cara yang kita inginkan, tetapi Dia selalu bekerja dengan cara yang terbaik bagi kita. Ketika kita percaya, meskipun kita tidak melihat, kita sedang berjalan dalam iman sejati. Tuhan menghendaki kita untuk hidup dengan iman, bukan berdasarkan tanda-tanda yang kasat mata.

Mari kita belajar untuk percaya kepada Tuhan sepenuhnya. Janganlah kita menjadi seperti orang Farisi yang hanya mencari tanda, tetapi jadilah seperti Abraham yang percaya kepada janji Tuhan meskipun belum melihatnya. Jadilah seperti Ayub yang tetap percaya walaupun diuji dengan penderitaan. Jadilah seperti Maria yang berkata, “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu.”

Iman sejati adalah percaya bahwa Tuhan selalu bekerja dalam hidup kita, bahkan ketika kita tidak dapat melihat-Nya. Jangan menuntut tanda, tetapi percayalah, karena Tuhan setia dan rencana-Nya selalu yang terbaik.

Amin.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *