Rabu, 24 Januari 2024
– Pw. St. Fransiskus de Sales
2Sam. 7:4-17; Markus 4:1-20.
St. Fransiskus de Sales lahir di Savoy Perancis, pada 21 Agustus 1567. Pada usia 24 tahun ia meraih gelar doktor di bidang hukum, lalu menjadi seorang imam. Pada tahun 1602 Fransiskus diangkat sebagai Uskup Jenewa. Sebagai seorang uskup, dengan penuh semangat dia mempelopori reformasi dalam keuskupannya. Ia menulis buku-buku rohani yang menginspirasi banyak orang untuk hidup saleh. Salah satu nasihatnya: “Jangan terburu-buru. Lakukanlah segala sesuatu dengan tenang dan penuh semangat. Jangan pernah kehilangan kesabaranmu, bahkan jika seluruh dunia nampak marah padamu.” Ia wafat tahun 1622 lalu digelari sebagai orang kudus Pujangga Gereja.
Bacaan-bacaan suci hari ini mengajak kita untuk menyadari tentang Allah yang selalu mencurahkan rahmat-Nya kepada semua orang dan seluruh ciptaan. Akan tetapi, rahmat itu akan terus terpelihara dan berbuah hanya pada mereka yang setia pada perjanjian –Nya. Dalam bacaan pertama, kesetiaan Daud dan Israel kepada Allah menjadikan mereka sebagai lahan yang subur bagi tumbuh-kembangnya rahmat Allah. Bangsa Israel kemudian berkembang menjadi bangsa yang besar dan kuat.
Dalam injil hari ini, Yesus menggunakan perumpamaan tentang penabur dan lahan tempat benih ditabur, untuk menggambarkan bagaimana firman Allah bekerja dalam hidup manusia. Sama seperti seorang penabur, Allah senantiasa menaburkan firman-Nya kepada manusia, namun demikian perkembangan dan pertumbuhan dari firman itu sangat dipengaruhi oleh suasana hati manusia, oleh tanggapan manusia atas tawaran rahmat Allah ini.
Suasana hati yang diliputi dengan aneka macam kecemasan, aneka macam kekuatiran, aneka macam kepentingan, aneka macam keinginan dan tipu daya, dan bahkan penolakan, akan membuat firman itu menjadi terhimpit dan akhirnya mati. Sebaliknya, hati yang terbuka, hati yang mau mendengarkan, akan membuat firman itu bertumbuh dan berbuah dalam kebajikan, dalam kasih setia.
Marilah kita belajar dari St Fransiskus de Sales agar senantiasa berjuang menjadikan hati kita sebagai lahan yang subur bagi pertumbuhan dan perkembangan warta kasih Allah, sehingga rahmat Allah yang telah tercurah senantiasa membuahkan kebaikan dan keselamatan.