Kamis, Juli 25, 2024
Berita

Pesan Sinode para Uskup kepada Umat Allah: Komitmen untuk Kesetaraan dan Inklusivitas dalam Gereja

Vatikan, 25-10-2023 – Dalam sebuah momen bersejarah yang menegaskan komitmen Gereja terhadap inklusivitas, Sidang Umum XVI Sinode Para Uskup mengakhiri sesi pertamanya dengan pesan ucapan terima kasih dan harapan yang ditujukan kepada Umat Allah. Sidang, yang dimulai pada tanggal 30 September, menandai pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang melibatkan partisipasi baik laki-laki maupun perempuan, dengan menekankan peran bersama dalam diskusi dan proses pengambilan keputusan.

Sinode para Uskup, yang diinisiasi oleh Paus Fransiskus, memulai perjalanan luar biasa dalam mendengarkan dan memahami, membuka pintunya bagi seluruh Umat Allah. Sidang ini dipandu oleh Roh Kudus, menyatukan murid-murid misionaris dari berbagai latar belakang dalam upaya mereka untuk mengikuti Yesus Kristus.

Sepanjang sidang ini, para peserta, yang berasal dari berbagai penjuru dunia, terlibat dalam dialog mendalam dan menggunakan metode “percakapan dalam Roh” untuk berbagi pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh komunitas mereka masing-masing. Pendekatan yang unik ini memungkinkan pemahaman yang lebih dalam terhadap beragam sudut pandang yang memperkaya misi Gereja.

Terlebih lagi, sidang ini berlangsung di tengah situasi dunia yang diwarnai oleh krisis dan ketidaksetaraan yang mengguncang, di mana beberapa wilayah dihantam oleh perang, dan jutaan orang dipaksa untuk melakukan migrasi yang berbahaya. Para delegasi bergabung dalam doa untuk para korban kekerasan dan berjanji solidaritas dengan mereka yang berjuang untuk keadilan dan perdamaian di seluruh dunia.

Di tengah konteks yang penuh gejolak ini, Sinode para Uskup menerima panggilan untuk konversi pastoral dan misi, dengan menekankan bahwa misi Gereja adalah untuk memberitakan Injil dengan menghadirkan kasih Allah yang tak terbatas. Sidang ini memfokuskan pada pentingnya cinta sebagai kekuatan penggerak di balik Gereja, yang melambangkan kasih Tritunggal dan Ekaristi yang memupuk persatuan dan kebebasan batin.

Para delegasi mendorong keterlibatan nyata dalam proses “sinodal,” sebuah konsep yang berakar dalam tradisi apostolik yang menekankan baik komuni maupun misi. Gereja, menurut mereka, harus bersikap praktis dan konkret dalam penerapan sinodalitas, memastikan bahwa semua suara didengarkan, terutama suara-suara yang paling terpinggirkan.

Dalam semangat konversi ini, Gereja juga harus mengatasi isu serius pelecehan yang dilakukan oleh beberapa anggotanya, berkomitmen untuk langkah-langkah konkret dan struktural untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Selain itu, Sinode mengakui pentingnya mendengarkan suara kaum awam, perempuan dan laki-laki yang dipanggil untuk kesucian melalui panggilan pembaptisan mereka. Kesaksian katekis, kebijaksanaan para orang tua, mimpi-mimpi para pemuda, dan pengalaman keluarga semuanya dianggap penting dalam proses pemahaman Gereja.

Sidang juga mengakui peran penting dari pelayan yang telah ditahbiskan, termasuk imam dan diakon, serta suara kenabian dari kehidupan para hidup bhakti. Selain itu, mereka mengakui kehadiran orang-orang yang tidak memeluk iman, namun mencari kebenaran.

Penutupnya, Sinode menegaskan bahwa Gereja harus merangkul sinodalitas sebagai jalan yang diharapkan untuknya di milenium ketiga, dan mendesak semua anggota untuk tidak takut merespons panggilan ini. Pesan ini ditandatangani dan dirilis pada tanggal 25 Oktober 2023, menandai langkah signifikan menuju Gereja Katolik yang lebih inklusif dan responsif. Delegasi tersebut mengungkapkan kepercayaan mereka kepada Maria, Ibu Gereja, dan kepada Yesus, saat mereka memulai perjalanan sinodalitas dengan harapan dan tekad.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *