Sabtu, Desember 7, 2024
Renungan Harian

Selasa, 26 September 2023

Ezr. 6:7-8,12b,14-20;
Luk. 8:19-21;

Ibu Yesus merasa khawatir dengan berita yang didengarnya tentang Yesus. Maria berpikir bahwa karena pewartaan-Nya, Yesus akan berhadapan dengan pemuka-pemuka agama dan bahkan pemerintah. Sebagai ibu, tindakan Maria untuk mencari dan khawatir akan keselamatan Yesus adalah hal yang sangat wajar. Namun jawaban Yesus sungguh di luar dugaan.“Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya” (Luk. 8:21).

Pernyataan Yesus ini tampaknya sangat keras. Jika ditempatkan dalam konteks kesopanan masyarakat umum, jawaban Yesus terasa berlebihan. Namun sebenarnya, Yesus tidak hendak mengesampingkan kesopanan, kepatuhan dan pengakuan terhadap keluarganya. Yesus hanya ingin mengajarkan suatu cara bersikap universal bagi semua orang tanpa membeda-bedakan. Yesus membawa suatu paradigma baru dalam relasi, bahwa karena tugas perutusan yang diemban-Nya, maka yang menjadi anggota keluarga-Nya tidak lagi dihitung oleh hubungan darah, tetapi lebih luas: Siapa saja yang melakukan kehendak Allah dan melakukan kebaikan dalam hidupnya adalah saudara-saudari Yesus.

Di sini, persaudaraan sebagai anak-anak Allah dibangun atas dasar relasi yang dilandaskan pada kerelaan untuk hidup dalam kehendak Allah itu sendiri. Maka, kesediaan mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya dalam hidup, menjadi penegasan serta undangan bagi semua orang, termasuk kita sekalian, untuk masuk ke dalam sebuah relasi yang baru dengan Yesus, yakni sebagai anak-anak Allah.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *