Jumat, Juli 26, 2024
Renungan Harian

Rabu, 20 September 2023

Peringatan Wajib St. Andreas Kim Taegan dan Paulus Chang Hasang
1Tim. 3:14-16;
Lukas 7:31-35;

Sikap acuh tak acuh, pengabaian dan pelbagai keangkuhan religius acapkali terjadi dalam kebersamaan hidup setiap hari. Betapa sering tindakan kebaikan yang dilakukan oleh seseorang justru dilabeli dengan nada sumbang oleh orang di sekitarnya. Apalagi saat kebaikan yang dilakukan itu dianggap mengganggu kenyamanan pihak-pihak tertentu.

Situasi inilah yang diangkat oleh Yesus dalam bacaan Injil hari ini. Yesus melukiskan betapa sulitnya manusia untuk bersikap terbuka dan memiliki kerendahan hati menghargai serta menerima tawaran-tawaran kebaikan dalam diri orang lain. Kekerasan hati dan keangkuhan religius semacam inilah yang membutakan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat untuk menerima kebaikan Allah melalui baptisan Yohanes (bdk. Luk. 7:30). Tawaran cinta Allah bahkan ditolak dengan pengabaian dan penistaan terhadap kehadiran Yohanes dan tindakan Yesus (bdk. Luk. 7:33-34).

Dalam kehidupan kita, pengalaman seperti Yesus maupun Yohanes, bisa saja terjadi. Niat baik kita untuk membantu orang lain kurang dihargai. Perbuatan-perbuatan baik yang kita lakukan tidak dilihat sebagai suatu kebaikan dan justru ditolak. Dalam situasi demikian, sanggupkah kita tetap berbuat baik walau kita ditolak? Tentu hal ini pastilah tidak gampang. Namun sebagai pengikut Kristus, marilah kita belajar dari Yesus untuk tetap melakukan pelayanan kita dengan baik. Marilah kita berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyelamatkan orang lain. Mari kita berani memberi diri kita seutuhnya kepada Tuhan.


Hari ini Gereja memperingati St. Andreas Kim Taegon dan St. Paulus Chong Hasang. Kedua martir ini mewakili 113 umat Katolik yang wafat sebagai martir karena iman mereka di Korea. Keduanya mewakili kemuliaan serta keberanian umat Katolik Korea yang telah membayar mahal cinta mereka kepada Kristus.

St. Andreas Kim Taegon adalah imam pertama Korea. Ia wafat sebagai martir pada tanggal 16 September 1846, hanya satu tahun setelah ditahbiskan. Dalam pesan terakhir sebelum kematiannya ia berkata, “Ini adalah waktu terakhir dari hidupku, dengarkan aku baik-baik: bila aku pernah berkomunikasi dengan orang asing, maka hal ini terjadi untuk agama dan Tuhan-ku. Adalah untuk-Nya aku ini mati. Kehidupan abadiku baru mulai. Jadilah orang Kristiani bila engkau berharap untuk bahagia setelah meninggal dunia, karena Tuhan memiliki hukuman abadi bagi mereka yang menolak untuk mengenal-Nya.”

St. Paulus Chong Hasang adalah seorang katekis awam yang pemberani. Pada masa penganiayaan terhadap orang-orang Kristen di Korea, ia berusaha keras untuk mempersatukan umat Kristen yang tercerai-berai, dan mendorong mereka untuk menjaga iman dan menjalankan keyakinan mereka. Dia bahkan berjuang untuk menjelaskan kepada pemerintah Korea bahwa Gereja Katolik bukanlah sebuah ancaman bagi mereka. Paulus Chong Hasang wafat sebagai martir pada tanggal 22 September 1846.

Bersama dengan para martir Korea lainnya, mereka dinyatakan kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada saat paus mengunjungi Korea pada tahun 1984.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *