Sabtu, 9 September 2023
Kol. 1:21-23;
Mzm. 54:3-4,6,8;
Lukas 6:1-5;
Dalam tradisi Yahudi, Sabat adalah hari ke tujuh dalam penciptaan, hari yang diberkati dan dikuduskan oleh Allah, karena Allah berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya. Karena Sabat adalah hari yang dikuduskan oleh Allah, maka Allah melarang umat-Nya untuk bekerja pada hari Sabat. Sabat merupakan tanda peringatan antara manusia dengan Allah dan menjadikannya perjanjian kekal yang harus dipelihara oleh seluruh umat Israel turun temurun. Bagi mereka yang melanggar perintah Allah ini akan dihukum.
Dalam konteks inilah bacaan Injil hari ini menyajikan kisah tentang orang orang Farisi yang menuduh Yesus dan para muridnya melanggar hari sabat, karena para murid memetik dan memakan bulir gandum. Suatu tindakan yang seakan mendobrak aturan yang telah lama dihidupi.
Atas persoalan ini, Yesus lalu memberikan sebuah jawaban kepada kaum Farisi yang menuduhNya, “Anak manusia adalah tuan atas hari sabat”. Lebih lanjut Yesus juga mengutip Kitab Suci yang mengisahkan bahwa Daud juga melakukan hal yang sama ketika ia merasa kelaparan. Jadi yang ingin disampaikan oleh Yesus adalah, jangan sampai kemanusiaan dikalahkan oleh sebuah aturan. Sebaliknya setiap aturan dalam kebersamaan haruslah bermuara pada rasa kemanusiaan, karena cinta kasih dan kepedulian terhadap sesama merupakan cerminan dari iman kita kepada Allah.
Marilah kita belajar dari Yesus agar tidak menjadi pribadi yang terjebak dalam perlabagai macam pertimbangan manusiawi yang justru membuat kita tidak mampu bertumbuh dalam kasih dan kepedulian pada sesama.