Sabtu, Juli 27, 2024
Renungan Harian

Selasa, 8 Agustus 2023

– Peringatan Wajib St. Dominikus, Pendiri Ordo Pengkotbah
Bil. 12:1-13; Mat. 15:1-2,10-14;

Menurut tradisi Yahudi, ada banyak sekali barang yang najis, dan kenajisan itu bersifat menular. Maka jika seseorang dianggap najis, berati semua yang disentuhnya najis. Pakaiannya najis. Kalau ia ke pasar, semua barang yang dipegangnya najis. Uang yang dipegang untuk membayar ikut najis. Penjual yang menerima uang tersebut ikutan najis juga. Lalu semua barang yang disentuh penjual tersebut juga najis. Kalau ada pembeli lain yang membeli bahan makanan yang sebelumnya telah disentuh oleh orang yang dikatakan najis tadi, maka yang najis tidak hanya bahan makanan tersebut tetapi juga pembeli yang tidak tahu apa-apa tersebut. Sampai di rumah, setelah di masak, yang dihasilkan adalah makanan najis. Anggota keluarga dan semua yang makan, ikut najis juga. Kalau mereka bersalaman atau menyentuh orang lain, orang itu pun ikutan jadi najis. Dan seterusnya. Dengan demikian, hidup menjadi sangat kompeks dan penuh beban karena semua orang boleh dikatakan najis, entah dirinya sadar atau tidak, tahu atau pun tidak.

Situasi dan pemahaman semacam inilah yang hendak dibongkar oleh Yesus. Ia hendak membebaskan para pengikutnya dari hukum dan adat-istiadat yang membebani ini. Ia menegaskan bahwa menyentuh sesuatu yang najis itu tidak membuat orang ketularan najis. Ini ditunjukkan Yesus dengan menyentuh dan menyembuhkan orang kusta (Luk 5:12-16), membiarkan diri disentuh wanita yang sakit pendarahan (Luk 8:44-48), Ia juga menyentuh mayat dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; 8:54). Bagi-Nya, juga tidak ada makanan yang haram dan menajiskan, sebab “Bukan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan orang, melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang” (Mat 15:11).

Di sini, Yesus menegaskan bahwa yang membuat orang itu najis, sehingga dirinya kotor, tercemar, tidak bersih dan tidak suci bukanlah makanan yang dimakannya tetapi hal-hal jahat yang keluar dari mulut. Kata-kata tidak baik yang kita ucapkan, seperti sumpah serapah, umpatan, penghinaan, kutukan dan ungkapan kebencian atau kemarahan, itulah yang menajiskan kita. Dan pada zaman ini, hal itu tidak hanya terjadi melalui kata-kata lisan tetapi juga apa yang kita tulis di ruang publik, misalnya status di facebook, twitter, WA, dll. Maka, kita harus berhati-hati dalam berkata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, supaya jangan menjadikan kita sendiri najis sehingga dijauhi dan dihindari orang lain.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *