Kamis, 6 Maret 2025
Hari Kamis sesudah Rabu Abu
Ul. 30:15-20; Luk. 9:22-25
Setelah menerima tanda abu di dahi kita kemarin, hari ini kita memasuki hari kedua dalam masa Prapaskah, suatu perjalanan rohani yang mengundang kita untuk berbenah diri dan semakin dekat kepada Tuhan. Masa ini adalah masa pertobatan, masa untuk lebih serius dalam doa, puasa, dan amal kasih. Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita tentang pilihan-pilihan penting dalam hidup dan konsekuensi yang menyertainya.
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.” (Luk 9:22). Perkataan ini menggambarkan perjalanan yang harus ditempuh Yesus—jalan penderitaan, pengorbanan, dan salib, namun berujung pada kebangkitan dan kemenangan.
Selanjutnya, Yesus memberikan ajakan tegas kepada kita semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” (Luk 9:23). Ini adalah panggilan bagi kita untuk hidup sebagai murid sejati, bukan hanya dalam kata-kata tetapi dalam tindakan nyata. Mengikuti Yesus berarti siap menanggung salib, berani berkorban demi kebenaran, dan setia dalam iman meskipun menghadapi kesulitan.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan: memilih kenyamanan duniawi atau setia kepada Kristus. Dunia menawarkan kesenangan sesaat, kebebasan tanpa batas, dan kekayaan yang menjanjikan kepuasan. Namun, Yesus mengingatkan kita dalam ayat 25: “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri?” Pertanyaan ini mengajak kita untuk merefleksikan tujuan hidup kita. Apakah kita lebih mengejar hal-hal duniawi yang sementara atau mencari kehidupan kekal bersama Tuhan?
Masa Prapaskah ini adalah kesempatan untuk melatih diri dalam menyangkal keinginan yang tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. Kita belajar untuk lebih tekun dalam doa, lebih peduli terhadap sesama, dan lebih disiplin dalam menahan diri dari godaan. Dengan cara ini, kita semakin memurnikan hati dan mempersiapkan diri untuk mengalami kebangkitan bersama Kristus pada Paskah nanti.
Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita dengan setia memikul salib kita setiap hari. Salib itu bisa berupa perjuangan melawan dosa, kesabaran dalam menghadapi penderitaan, atau pengorbanan bagi orang lain. Jangan takut memikul salib, sebab di dalamnya ada kasih dan kemenangan. Semoga masa Prapaskah ini menjadi saat di mana kita semakin berani berkomitmen kepada Kristus dan berjalan di jalan-Nya dengan penuh iman dan kasih.
Amin.