Senin, 24 Februari 2025
Sir. 1:1-10; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Mrk. 9:14-29
Sudara-saudari yang terkasih,
Dalam Injil hari ini, kita mendengar kisah tentang seorang ayah yang putus asa karena anaknya dikuasai roh jahat. Ia telah membawa anaknya kepada murid-murid Yesus, tetapi mereka tidak mampu menyembuhkannya. Ketika Yesus datang, Ia menegur ketidakpercayaan mereka dan menunjukkan bahwa segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya.
1. Iman yang lemah dan ketidakmampuan manusia
Murid-murid Yesus, yang sebelumnya telah diutus untuk memberitakan Injil dan mengusir setan, kali ini gagal. Mengapa? Karena mereka mengandalkan diri sendiri dan tidak cukup bersandar pada kuasa Tuhan. Ini mengingatkan kita bahwa iman yang lemah tidak akan mampu menghadapi tantangan hidup.
2. Kerendahan hati dalam beriman
Sikap ayah anak tersebut patut kita teladani. Ia berkata kepada Yesus, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Mrk 9:24). Ini adalah ungkapan iman yang jujur. Terkadang kita merasa lemah dalam iman, tetapi Tuhan menghendaki kita datang kepada-Nya dengan kerendahan hati dan ketulusan.
3. Kuasa doa dan puasa
Di akhir perikop, Yesus mengatakan bahwa roh jahat jenis ini hanya dapat diusir dengan doa. Ini mengajarkan kepada kita bahwa doa bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi persekutuan mendalam dengan Tuhan. Doa yang disertai dengan puasa memiliki kekuatan besar karena menempatkan kita dalam ketergantungan penuh kepada Allah.
Saudara-saudari terkasih,
Dari perikop ini kita belajar bahwa iman sejati bukan hanya tentang mengetahui, tetapi juga tentang percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Ketika kita menghadapi pergumulan hidup, jangan mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi berserahlah kepada Yesus dengan iman dan doa. Sebab, seperti yang dikatakan Yesus, “Segala sesuatu mungkin bagi orang yang percaya.” (Mrk 9:23). Amin.