Diskusi Kitab Suci Bulan April: Maria Dalam Injil Yohanes
Oepoi, 9/4/2-24 — Di bawah tema “Maria Dalam Injil Yohanes” para relawan pencinta Kitab Suci kembali menyelenggarakan diskusi bulanan tematis menghadirkan RD Sipri Senda sebagai pemantik diskusi. Bertempat di aula Seminari Santo Rafael Oepoi Kupang, diskusi ini dihadiri oleh para legioner di Kota Kupang, para relawan, pemerhati kitab suci dan siswa seminari. Hadir pula RD Krezen Taslulu, Rektor Seminari Santo Rafael.
Di hadapan peserta sebanyak 54 orang, pemantik diskusi, RD Sipri Senda terlebih dahulu memberikan pengantar umum secara garis besar mengenai Alkitab Katolik, mengenai keempat Injil dan mengerucut pada Injil Yohanes. Dengan metode proses, pemantik diskusi mengajak para peserta untuk berjalan bersama dalam diskusi ini. Para peserta diminta untuk mencari teks atau perikop yang berbicara mengenai Maria ibu Yesus. Mereka menemukan sendiri teks itu, lalu berproses dalam pembacaan teks. Proses membaca dibagi dua kelompok yakni pembaca yang menggunakan Alkitab TB1 dan TB2. Dengan cara demikian para peserta merasakan adanya perbedaan terjemahan lalu membandingkannya dan mendapat pemahaman. RD Sipri menjelaskan sekilas mengenai kedua versi terjemahan agar peserta dapat memahami lebih baik, mengapa ada perbedaan tertentu.
Selanjutnya dalam proses pendalaman teks para peserta diberi kesempatan bertanya tentang istilah atau kata atau kejadian yang terjadi dalam teks. Banyak pertanyaan dari para peserta. Pemantik diskusi sekaligus sebagai narasumber memberikan penjelasan dengan latar belakang sosial, budaya, ekonomi, politik, geografi agar peserta memahami teks dan konteksnya. Misalnya dari teks pertama mengenai perkawinan di Kana. Ada sejumlah pertanyaan mengenai kehadiran Maria, tempayan, pelayan, pemimpin pesta, jawaban Yesus mengenai saat belum tiba dll. Peserta dijelaskan mengenai situasi sosial kultural maupun geografis mengenai Kana yang dekat Nazareth, relasi sosial yang biasanya terjadi di kalangan masyarakat antar kampung masa itu, struktur sosial yang menempatkan pelayan dalam posisi sebagai pekerja yang melayani, kebiasaan berpesta yang dipimpin oleh seorang pemimpin pesta. Dari penjelasan yang ada, peserta kemudian memahami teks dan konteks. Selanjutnya dilihat bersama mengenai peran Maria dan spiritualitas Maria. Peserta sendiri menemukan peran Maria sebagai seorang perantara dan penolong. Spiritualitas yang dimilikinya adalah tanggap, peduli, solider, cepat dan sigap menolong, membawa kebutuhan sesama kepada Yesus putranya.
Pada teks kedua mengenai Yesus di atas katu salib menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes, para peserta mengajukan aneka pertanyaan seputar murid yang dikasihi, Maria istri Klopas, penyerahan Maria kepada murid yang dikasihi, serta salib. Murid yang dikasihi adalah Yohanes yang mampu menyelami hakikat ajaran Yesus mengenai kasih. Dengan melihat teks paralel pada injil sinoptik, Maria saudara sepupu ibu Yesus adalah istri Klopas, dan anak-anaknya disebut bernama Yakobus dan Yoses. Dalam struktur masyarakat Yahudi, peran laki-laki lebih diutamakan karena menganut patrilineal. Teks ini mengindikasikan bahwa Maria swbagai janda tak punya anak lelaki lain yang dijadikan sandaran karena Yesus akan segera meninggal. Di saat akhir ini, Yesus menyerahkan ibu-Nya kepada Yohanes. Secara teologis, tindakan ini merupakan penetapan konstititif Yesus tentang Maria sebagai ibu Gereja.
Diskusi yang berlangsung dua setengah jam itu diakhiri dengan foto bersama dan snack yang disediakan anggota Legio Maria. Diskusi bulanan berikut akan dilaksanakan pada bulan Mei di tempat yang sama. Bapak Veri Guru, salah seorang peserta yang baru mengikuti diskusi ini mengungkapkan manfaat kegiatan ini. “Kegiatan ini ternyata sangat bermanfaat untuk menambah wawasan umag mengenai kitab suci. Metode proses juga membuat peserta aktif sehingga menarik. Tidak membosankan. Keren.” Dia berharap kegiatan seperti ini bisa dilakukan pula oleh kelompok atau komunitas kategorial lainnya karena sangat bermanfaat.