“Pertobatan Ekologis: Peziarah Pengharapan di Tahun Yobel 2025”
Surat Gembala Prapaskah 2025
Uskup Agung Kupang
Saudara-saudari terkasih,
Kini kita sudah berada dalam Masa Prapaskah, waktu yang mendalam dan transformatif dalam kalender liturgi Kristen. Inilah periode rahmat yang berakar pada doa, puasa, dan amal yang mempersiapkan kita untuk merayakan Paskah, kebangkitan Yesus Kristus. Dalam Tahun Jubileum dengan tema, “Peziarah Pengharapan” (bdk. Rom. 5:5), Prapaskah memiliki makna yang lebih dalam, karena menjadi perjalanan penuh rahmat untuk pembaruan, pertobatan, dan penantian akan harapan yang dibawa oleh kemenangan Kristus atas maut bagi semua pria dan wanita yang memiliki niat baik .
Prapaskah memang sering dikaitkan dengan pengorbanan dan pertobatan. Tetapi pada intinya, inilah masa harapan. Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun di tengah penderitaan, kegelapan, dan dosa, kasih dan belas kasihan Tuhan selalu hadir. Tahun Jubileum Harapan memperkuat pesan ini, mengajak kita sekalian untuk merenungkan harapan tertinggi yang ditemukan dalam Kristus: “Semoga Tuhan yang memberi harapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera karena kamu percaya kepada-Nya, sehingga kamu berlimpah-limpah dengan harapan oleh kekuatan Roh Kudus” (Rom 15:13). Prapaskah mengundang kita semua untuk berbalik dari keputusasaan dan menatap janji penebusan serta kehidupan baru yang dibawa oleh Kristus.
Empat puluh hari Prapaskah menggambarkan waktu Yesus di padang gurun, di mana Dia menghadapi godaan namun keluar sebagai pemenang, mengandalkan kehendak Bapa. Periode ini melambangkan perjalanan Kristen melalui “padang gurun” kehidupan, di mana harapan menopang kita meskipun jalan yang dilalui sulit. Dalam Tahun Jubileum Harapan ini, Prapaskah menjadi waktu bagi kita untuk menemukan kembali harapan yang datang dari kepercayaan akan janji-janji Tuhan: “Bukan hanya itu, kita juga bermegah dalam penderitaan kita, karena kita tahu bahwa penderitaan menghasilkan ketekunan; ketekunan menghasilkan tahan uji; tahan uji menghasilkan pengharapan” (Rom 5:3-4).
Prapaskah adalah masa rahmat, waktu di mana kita diingatkan bahwa belas kasihan Tuhan melimpah bagi semua yang mencari-Nya: “Mata Tuhan tertuju pada orang benar dan telinga-Nya terbuka terhadap teriakan mereka” (Mzm 34:15). Melalui doa, kita mendekatkan diri kepada Tuhan, menemukan harapan dalam hadirat-Nya. Puasa mengajarkan disiplin diri dan mengingatkan kita akan ketergantungan kita pada Tuhan, sementara amal mencerminkan harapan untuk membangun dunia yang lebih adil dan penuh kasih. Kita berdoa agar melalui Masa Prapaskah dalam Tahun Jubileum ini, kita semua dapat merasakan buah dan hasil dari doa, puasa, dan amal di dalam komunitas-komunitas Kristen.
Puncak dari masa Prapaskah adalah Triduum Paskah: Kamis Suci, Jumat Agung, Vigili Paskah, dan Minggu Paskah. Hari-hari suci ini merangkum inti dari harapan Kristen. Pada Jumat Agung, umat Kristen mengenang penderitaan dan kematian Yesus, suatu momen yang bisa terlihat tanpa harapan. Namun, Minggu Paskah mengungkapkan kemenangan hidup atas kematian, dosa, dan keputusasaan. Kebangkitan Yesus sebagai sumber harapan utama, memastikan para orang beriman bahwa kasih Tuhan adalah kata akhir.
Pada Tahun Yubileum Harapan ini, pesan Paskah terasa dengan kekuatan yang lebih besar. Hal ini mengingatkan kita bahwa harapan bukanlah emosi yang cepat berlalu, tetapi sebuah keyakinan yang teguh yang berakar pada kemenangan Kristus. Prapaskah mempersiapkan orang-orang beriman untuk menerima harapan ini dengan penuh keyakinan, mengubah hidup mereka, dan menginspirasi mereka untuk membagikan harapan ini kepada orang lain. Di tengah berbagai masalah dan tantangan aktual yang kita hadapi akhir-akhir ini, semoga harapan abadi dari kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus memenuhi kita semua. Saat kita menjalani Prapaskah dalam Tahun Yubileum Harapan ini, kita dipanggil untuk mewujudkan harapan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kerjasama dengan semua pihak yang berkehendak baik, kita hendak membangun komitmen yang kuat untuk menghormati serta membela hak asasi dan martabat hidup semua orang dari konsepsi hingga kematian alami. Di tengah maraknya budaya kematian yang tampak dalam berbagai kasus seperti aborsi, euthanasia, bunuh diri, aneka bentuk kekerasan, perang suku, dan perdagangan orang, kita dipanggil untuk mempromosikan budaya kehidupan. Dengan itu, semua dan setiap orang dapat menghargai hidupnya sendiri dan boleh memandang dengan penuh harapan masa depan yang cerah, sejahtera, dan bahagia.
Kita dipanggil untuk mengulurkan tangan meraih mereka yang lemah dan miskin, yang semakin terpuruk keadaannya oleh beban utang akibat praktik-praktik rentenir dan ijon dari pihak-pihak yang egois dan serakah. Dalam situasi ini, sangat penting adanya gerakan bersama untuk terus menghidupkan dan membangun spirit solidaritas dan subsidiaritas, yang sanggup menolong mereka yang lemah dan miskin dengan memberdayakan segala potensi yang mereka miliki.
Berhadapan dengan krisis perubahan iklim serta pemanasan global akibat kehancuran tanah, kerusakan ekologis, sumber-sumber air, dan polusi udara yang bermuara pada rusaknya bumi sebagai rumah kita bersama, kita pun dihimbau sekaligus ditantang untuk menemukan kembali Spiritualitas Penciptaan, dengannya kita disadarkan kembali akan hakekat keberadaan kita sebagai para peziarah, dan bukannya sebagai pemilik atau penguasa di bumi ini. Kita semua diajak untuk mewujudkan pertobatan ekologis dengan mengubah cara kita hidup, bertindak, dan berdoa; menunjukkan makna baru, nilai-nilai segar, serta terutama teladan hidup personal maupun komunal yang menghadirkan kemanusiaan baru yang semakin peduli pada sesama dan lingkungan demi pertumbuhan bersama sebagai saudara. Kita dipanggil untuk mengembalikan relasi yang benar dan harmoni dengan Tuhan sang Pencipta, dengan diri kita sebagai Citra Allah, dengan sesama dan semua ciptaan lain yang dianugerahkan Allah bagi kita. Kita juga dipanggil untuk mewujudkan cinta, belas-kasih, perawatan, pemeliharaan dan perlindungan Allah, bukan hanya kepada sesama manusia, melainkan juga kepada lingkungan hidup dan seluruh alam ciptaan. Hanya dengan cara itu, kita dapat memberikan ruang yang baik bagi alam untuk sembuh, sekaligus memberikan kesempatan yang adil bagi generasi mendatang untuk kehidupan yang layak. Percayalah pada kekuatan kreatif Roh Tuhan! (bdk. Mazmur 104:30a). Singkatnya, masa Prapaskah menantang kita semua untuk hidup sebagai orang-orang yang penuh harapan, mempercayai bahwa Tuhan berkarya bahkan dalam momen-momen gelap sekalipun.
Tahun Yubileum Harapan ini juga mengundang kita semua untuk merenungkan harapan akan hidup kekal, karena Prapaskah mengingatkan kita bahwa perjuangan duniawi kita adalah sementara, dan harapan utama kita terletak pada janji surga. Perspektif ini mendorong orang-orang beriman untuk hidup dengan tujuan, keberanian, dan sukacita, meskipun menghadapi kesulitan.
Saat kita memulai masa penuh rahmat, terutama pada Tahun Yubileum ini, kita ditantang untuk menjauh dari dosa, semakin dekat dengan Tuhan, dan menerima harapan yang dibawa oleh kebangkitan Kristus. Melalui doa, puasa, dan perbuatan amal , kita diperbarui dalam iman kita dan terinspirasi untuk membagikan cahaya harapan kepada dunia. Saat kita menjalani Prapaskah, marilah kita tetap fokus pada Kristus yang telah bangkit, sumber harapan kita, dan mempercayai janji-Nya tentang hidup kekal.
Selamat menjalani Masa Prapaskah 2025. Tuhan memberkati!
Kupang, 5 Februari 2025
Salam dan berkat,
Mgr. Hironimus Pakaenoni
Uskup Keuskupan Agung Kupang