Rabu, 10 Januari 2023
1Sam 3:1-10,19-20; Markus 1:29-39.
“Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang.”
Keputusan Yesus untuk pergi ke segala tempat dan melayani tidak semata-mata tentang memberikan kenyamanan atau keamanan. Ini adalah bagian integral dari misi-Nya yang didorong oleh kasih-Nya kepada semua orang. Ketika Dia menghadapi kesibukan dan tuntutan, Yesus tidak melulu berhenti pada apa yang nyaman atau aman. Sebaliknya, Dia memilih untuk menjangkau banyak orang, menyembuhkan yang sakit, mengusir setan, dan mengajarkan tentang Kerajaan Allah di mana pun Dia berada. Ini menunjukkan secara nyata bahwa keselamatan Allah ditawarkan kepada siapa saja, tanpa ada batas wilayah dan daerah tertentu. Maka pergi ke segala tempat menjadi cara Yesus untuk bermisi.
Keputusan ini, tentu telah dimatangkan dalam doa sebagai bentuk komunikasi yang mendalam dengan Allah Bapa. Doa bukan hanya ritus atau tindakan sekadar formalitas, tetapi juga sarana untuk menyatukan diri dengan kehendak ilahi. Dalam doa, Yesus memperoleh arahan, kekuatan, dan pengertian untuk misi-Nya.
Kisah injil ini mengilhami kita untuk tidak hanya terpaku pada zona keamanan kita sendiri. Dalam mengikuti jejak Yesus, kita juga harus siap untuk melangkah keluar dari kenyamanan diri agar bisa terhubung dengan hati Allah melalui doa, dan bersedia melayani sesama dengan penuh keiklasan. Misi kita sebagai pengikut Kristus juga memerlukan komitmen untuk menjangkau, melayani, dan menjadi saksi kasih Allah kepada semua orang di sekitar kita, bahkan di tempat-tempat yang mungkin terasa sulit atau berisiko.
Kesetiaan Yesus dalam melayani dan doa-Nya yang kokoh menjadi contoh bagi kita. Seperti Dia, marilah kita terbuka dan peka terhadap panggilan Allah, siap untuk menjalankan misi-Nya dengan penuh kasih kepada semua orang yang Allah kasihani, tanpa memandang status sosial, latar belakang, atau kondisi kehidupan mereka.