Jumat, 9 Juni 2023
Tob. 11:5-14
Markus 12:35-37
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan identitas. Identitas bukanlah produk dari usaha seorang individu, sebab identitas mengandaikan pengakuan dari sesama. Seorang individu butuh bahwa eksistensi dan keunikannya diakui oleh yang lain. Ketidakjelasan identitas sering menimbulkan krisis eksistensial, seperti ditunjukkan oleh kasus anak adopsi yang selalu gelisah karena ingin tahu ayah/ibu biologisnya. Identitas itu penting, mengingat identitas menegaskan siapakah kita dan bahwa keberadaan dan kekhasan kita diakui oleh orang di sekitar kita. Tanpa identitas, orang merasa bukan siapa-siapa, keberadaannya tidak diperhitungkan.
Hari ini, Yesus menegaskan identitas-Nya: Dia lebih besar daripada Daud (ay. 37). Mesias memang akan lahir dari keturunan Daud, tetapi Mesias itu bukan sekadar keturunan Daud. Dengan begitu, Yesus mau menggarisbawahi bahwa Ia datang dari Allah sendiri. Ia datang bukan untuk memulihkan Kerajaan Daud, melainkan menghadirkan Kerajaan Allah.
Karena itu, bagi kita yang penting ialah mengakui Yesus sebagai Tuhan, artinya percaya, bahwa Yesus itu adalah Allah, yang menciptakan langit dan bumi, bahwa Dia Mahakuasa, dapat melakukan segala sesuatu; Dia Mahatahu, mengetahui segala sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Dia.
Ia mengenal kita masing-masing dan mengasihi kita masing-masing. Namun, itu belum cukup. Kita juga harus memasuki suatu hubungan yang sungguh-sungguh pribadi dengan Dia dan menjadikan Dia titik pusat seluruh hidup kita, sehingga Ia dapat mengendalikan seluruh hidup kita; membiarkan Dia berkarya dalam seluruh hidup kita; menyerahkan hidup supaya Ia dapat membentuk, memperbaruhi dan menjadikannya indah.