Uskup agung baru di Filipina akan perjuangkan perdamaian di Mindanao yang kerap dilanda konflik
Seorang uskup agung terpilih di Provinsi Zamboanga di wilayah Mindanao, Filipina Selatan, yang dilanda konflik berjanji akan mempromosikan dialog di antara Kristen dan Muslim untuk perdamaian.
Paus Fransiskus menunjuk Uskup Ipil, Mgr. Julius Tonel sebagai uskup agung baru Keuskupan Agung Zamboanga di wilayah Mindanao yang mayoritas Muslim pada 25 April.
Menyusul penunjukannya, uskup agung itu mengatakan salah satu prioritasnya adalah menghilangkan bias Kristen terhadap Muslim bahwa semua umat Muslim adalah teroris atau anggota kelompok jihadis.
“Ada beberapa bias yang terus berlanjut terhadap umat Muslim. Bahkan oleh para pemimpin politik kita. Oleh karena itu, kita harus mendidik mereka, kita harus membina mereka… agar bisa ada dialog yang benar dengan menghilangkan bias tersebut demi perdamaian,” kata Uskup Agung Tonel, 67, kepada UCA News.
Prelatus itu mengatakan dia agak gugup untuk mengambil posisi baru di Zamboanga, tetapi dia bertekad melanjutkan perjuangannya untuk perdamaian.
“Penunjukan itu membuat saya takut karena sekarang saya memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Zamboanga telah menghadapi banyak tantangan sebagai keuskupan agung baik dari serangan teroris maupun bias Kristen terhadap Muslim,” tambahnya.
Tonel lahir di Kota Davao pada 31 Agustus 1956. Ia ditahbiskan menjadi imam di Davao pada 12 April 1980. Dia diangkat menjadi uskup Ipil pada 30 Juni 2007, dan ditahbiskan pada 20 Agustus.
Dia adalah ketua Komisi Kesehatan Konferensi Waligereja Filipina.
Para pemimpin Kristen dan Muslim setempat menyambut baik penunjukan uskup agung baru itu dengan mengatakan dia tidak asing dengan wilayah tersebut dan tantangan yang dihadapinya.
“Dia adalah seorang gembala yang tidak mudah menghakimi. Dia mendengarkan dan orang yang menjadi fasilitator perdamaian di wilayah Mindanao,” kata Francesca Ruizalo, 61, umat Katolik Zamboanga, kepada UCA News.
Ruizalo mengatakan prelatus itu dicintai umat Katolik karena kemampuannya menyelesaikan konflik tidak hanya di antara umat Kristen dan Muslim, tetapi juga di kalangan umat Katolik.
“Dia adalah seorang uskup yang memiliki mata dan kepekaan terhadap isu-isu sensitif. Dia mempelajari sejarah dan latar belakang pihak-pihak yang terlibat, yang membuatnya bersimpati dengan sangat baik… ketika dia berbicara, para pendengarnya akan dengan mudah menangkapnya,” tambah Ruizalo.
Tahun 2021, Uskup Agung Tonel menjadi tokoh kunci dalam dialog antaragama untuk perdamaian di Provinsi Sulu setelah pengeboman ekstremis yang menewaskan 14 orang dan melukai 75 lainnya.
Pada 24 Agustus 2020, kelompok teroris Abu Sayyaf meledakkan dua bom di dekat tentara Filipina yang sedang melakukan upaya bantuan Covid-19. Serangan bom bunuh diri lainnya menargetkan sebuah katedral.
Uskup Agung Tonel mengecam tindakan teroris tersebut namun ia menegaskan paroki-paroki harus berfungsi sebagai tempat perdamaian di mana ajaran Gereja Katolik dapat diajarkan kepada semua orang.
Tahun 2002, ekstremis Muslim melancarkan serangkaian serangan di provinsi tersebut yang menewaskan 11 orang dan melukai 80 lainnya.
Seorang pembuat bom dari Abu Sayyaf juga ditangkap di provinsi yang sama pada Februari 2023 dengan bahan peledak dan bahan pembuat bom lainnya.
Imam Muslim Osman Balba mengatakan uskup agung baru itu adalah tokoh populer di komunitas Muslim atas kontribusinya yang luar biasa terkait Undang-Undang Organik Bangsamoro (BOL) 2018, yang menjadikan Mindanao sebagai wilayah otonom.
“Uskup Agung Tonel tidak hanya mendukung RUU tersebut (sebelum disahkan). Dia juga mengkritiknya. Ada revisi dan dia memfasilitasi proses konsultasi di antara keluarga-keluarga Muslim di keuskupannya,” kata Balba kepada UCA News.
Sebelum undang-undang tersebut disahkan, Uskup Agung Tonel bersama dengan para uskup Mindanao lainnya, berjanji meningkatkan pendidikan Katolik dengan mengajarkan “sejarah yang lebih inklusif” yang menelusuri hubungan umat Muslim dan Kristen.
Wilayah Mindanao telah mengalami konflik mematikan selama beberapa dekade antara ekstremis Islam dan militer yang menewaskan ribuan orang.
Pasukan pemberontak dari Front Pembebasan Islam Moro (MILF) memperjuangkan otonomi yang lebih besar sampai BOL disahkan tahun 2018 dan kelompok itu melucuti ribuan pejuang.
Namun, banyak pejuangnya menolak untuk meletakkan senjata dan bergabung dengan ekstremis lain yang aktif di wilayah tersebut seperti kelompok Abu Sayyaf, yang berjanji setia kepada ISIS.
Sekitar 26,1 persen dari 24 juta orang di kawasan itu berada dalam kemiskinan ekstrem tahun 2021, tertinggi di negara itu, menurut Badan Informasi Filipina.
Sumber: https://www.ucanews.com/news/philippine-archbishop-to-promote-peace-in-troubled-region/101123