Umat Kapela Nifununa Gelar Katekese Terakhir Prapaskah 2025
Nifununa, 31 Maret 2025 – Umat Kapela St. Yohanes Pemandi Nifununa mengadakan pertemuan katekese terakhir dalam rangka Aksi Puasa Pembangunan (APP) 2025. Kegiatan ini berlangsung dalam suasana penuh refleksi dan kebersamaan pada Senin, 31 Maret 2025, yang bertepatan dengan Pekan Laetare dalam kalender liturgi Gereja Katolik.
Pertemuan ini dihadiri oleh umat dari dua Komunitas Umat Basis (KUB), yakni KUB St. Dominikus dan KUB St. Kanisius. Peserta yang hadir terdiri dari orang tua, beberapa orang muda, serta anak-anak, dengan jumlah sekitar 20 orang. Meski berlangsung dengan santai, pertemuan ini tetap berjalan serius dan penuh makna.
Tema utama yang menjadi fokus permenungan adalah “Kesuburan Tanah dan Ketersediaan Air Membuahkan Nafas (Udara) Hidup”. Tema ini merangkum tiga pembahasan sebelumnya dan menjadi penutup rangkaian katekese Prapaskah tahun ini.
Fasilitator katekese, Magdalena Hokor, membuka pertemuan dengan pengantar yang mengajak peserta mengingat kembali pokok-pokok pembahasan dari pertemuan sebelumnya. Peserta kemudian diajak untuk menghubungkan tema hari itu dengan kondisi lingkungan sekitar mereka, dipandu oleh pertanyaan-pertanyaan reflektif.
Pendalaman teks Mazmur 104:10-18 menjadi inti dari sesi ini. Dalam mazmur tersebut, Raja Daud mengungkapkan syukur atas kebesaran Tuhan yang tercermin dalam ciptaan-Nya—tanah, air, dan segala isinya—yang diberikan secara cuma-cuma kepada manusia untuk dijaga dan dikelola dengan bijaksana. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa banyak manusia kurang bersyukur dan justru merusak lingkungan demi kepentingan pribadi.
Para peserta diajak untuk berbagi pandangan dan solusi atas permasalahan lingkungan di sekitar mereka. Diskusi pun menjadi semakin hidup dengan berbagai pengalaman nyata yang dibagikan.
Ketua KUB St. Anselmus, Bapak Donatus Ipir, mengawali sesi sharing dengan menekankan pentingnya merawat lingkungan, misalnya dengan menanam kembali pohon yang ditebang saat membuka lahan. Ia juga menekankan perlunya mencari solusi atas bencana alam seperti tanah longsor.
Bapak Lodovikus Selan, seorang Guru Agama di Kapela Nifununa, menambahkan bahwa dengan menanam pohon, tanah akan lebih subur dan lingkungan menjadi lebih sejuk. Sementara itu, Ibu Mardiana Rodja mengingatkan bahwa Tuhan telah menyediakan sumber kehidupan secara melimpah, dan menjadi tanggung jawab manusia untuk menjaga serta mengelolanya dengan baik.
“Hidup dekat dengan alam itu indah. Kita bisa menikmati nyanyian burung dan gemerisik dedaunan yang menenangkan hati,” tutur Bapak Otnial Abanat sambil berbagi kisah tentang pengalamannya dalam berkebun.
Diskusi semakin menghangat saat Bapak Adrianus Feka menceritakan pengalaman pribadinya menghadapi tanah longsor yang mengharuskan dirinya berpindah rumah. Peserta lain pun memberikan masukan dan berbagi solusi sederhana untuk mencegah bencana serupa.
Setelah sesi diskusi yang mendalam, peserta sepakat untuk mengambil langkah nyata. Secara kelompok, mereka berkomitmen untuk melanjutkan renovasi dinding kapela yang hampir rubuh. Sementara itu, secara pribadi, setiap peserta akan menanam tanaman atau pohon di halaman rumah maupun kebun mereka.
Katekese yang berlangsung selama satu jam sepuluh menit ini terasa singkat karena begitu menarik dan inspiratif. Beberapa peserta mengungkapkan rasa senang karena adanya pertemuan ini. “Tidak ada banyak kesempatan bagi kami untuk duduk bersama, membaca Kitab Suci, mendalami teks, dan berbagi pengalaman seperti ini. Jadi, kami sangat bersyukur bisa mengikuti kegiatan ini,” ujar seorang peserta dengan senyum ceria.
Dengan semangat Prapaskah dan refleksi yang mendalam, umat Kapela Nifununa kini semakin sadar akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai bentuk syukur kepada Tuhan. (**Lan Hokor)