Sabtu, Maret 15, 2025
Renungan Harian

Sabtu, 15 Maret 2025

Hari biasa Pekan I Prapaskah

Ul. 26:16-19; Mzm. 119:1-2,4-5,7-8; Mat. 5:43-48

Hari ini kita merenungkan sabda Yesus dalam Injil Matius 5:43-48 yang mengajarkan kita tentang kasih yang melampaui batas-batas kemanusiaan kita. Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5:44). Perintah ini menantang kita, sebab secara naluriah, kita lebih mudah mengasihi orang yang baik kepada kita dan membenci mereka yang menyakiti kita. Namun, Yesus mengajak kita untuk hidup dalam standar kasih yang lebih tinggi, yaitu kasih yang mencerminkan kesempurnaan Bapa di surga.

Dalam budaya manusia, ada kecenderungan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi Yesus menegaskan bahwa kasih sejati tidak didasarkan pada tindakan orang lain terhadap kita. Sebaliknya, kasih sejati adalah keputusan dan komitmen untuk mengasihi tanpa syarat, bahkan kepada mereka yang menyakiti kita. Inilah kasih yang membebaskan, kasih yang tidak terikat oleh emosi sesaat, tetapi berakar dalam iman dan belas kasih.

Yesus memberikan teladan bahwa Bapa di surga menerbitkan matahari bagi orang baik dan orang jahat, serta menurunkan hujan bagi orang benar dan orang berdosa (Mat 5:45). Artinya, Allah tidak pilih kasih. Dia mengasihi semua manusia dengan kasih yang sempurna. Jika kita ingin menjadi anak-anak Allah yang sejati, kita pun harus meneladani kasih-Nya.

Sejarah telah membuktikan bahwa kasih memiliki daya ubah yang luar biasa. Santo Yohanes Paulus II pernah mengampuni orang yang berusaha membunuhnya. Bunda Teresa mengasihi orang-orang yang terbuang tanpa membeda-bedakan. Kita pun dipanggil untuk menghidupi kasih yang sama dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengasihi bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata yang menghadirkan kasih Allah bagi sesama, termasuk mereka yang sulit untuk kita kasihi.

Yesus menutup pengajaran-Nya dengan kalimat yang menantang: “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna” (Mat 5:48). Kesempurnaan ini bukan berarti tanpa cacat, tetapi berarti mencapai kepenuhan dalam kasih. Semakin kita mampu mengasihi tanpa syarat, semakin kita mendekati kesempurnaan yang dikehendaki Allah.

Saudara-saudari terkasih, mengasihi musuh memang tidak mudah, tetapi itulah panggilan kita sebagai murid Kristus. Marilah kita memohon rahmat Tuhan agar kita dimampukan untuk mengasihi seperti Dia mengasihi, sehingga dunia dapat melihat terang kasih Kristus dalam hidup kita. Amin.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *