Selasa, November 5, 2024
Serba-Serbi

Kalo Tuhan su panggil, siapa mau lawan?

Mengenal imam kedua asal Kuasi Paroki Sta. Maria Reinha Rosari Siolais

Memiliki nama lengkap: Sarisius Sulistio Fon, Pater Tio lahir di kuan Siolais, pada Senin, 26 Februari 1995. Kelahirannya menjadi sukacita besar bagi keluarga Bapa Agustinus Fon dan Mama Marta Kase. Tio kecil menjadi tanda cinta dari pasangan suami isteri yang menikah di tahun 1999.

Tio kecil bertumbuh dalam asuhan keluarga yang jauh dari kata mewah, tetapi sungguh istimewa. Masa kecilnya dihabiskan di kuan Siolais, bersama kedua orang tua dan ketiga adiknya. Pater Tio mulai bersekolah di SDK Yaswari Siolais pada tahun 2003 dan lulus pada 2008. Ada 2 guru SD yang pernah mengajar pater Tio dan masih setia di SDK Yaswari Siolais, yakni Pak Yeskial Olbata dan Ibu Susana Salu’at.

Setelah tamat, Tio kecil kemudian melanjutkan studinya di SMPK St. Aloysius Niki-Niki, kurang lebih 20-an KM dari kampung halamannya. Terpisah jauh dari orang tua, tidak menjadi satu halangan. Lulus SMP di tahun 2011, Pater Tio kemudian melanjutkan pendidikannya di SMAK Stella Maris Niki-Niki dan lulus di tahun 2013.

Kapan benih panggilan P. Tio muncul?

Sejak kecil, semasa di Sekolah Dasar, Tio kecil telah memiliki cita-cita menjadi seorang imam. Siapapun yang bertanya kepada Tio kecil, apa cita-citamu nanti, pasti jawabannya adalah menjadi seorang imam/ pastor. Tidak ada alasan yang mendasar, tetapi ia hanya senang melihat para imam ketika memimpin perayaan ekaristi dan membagikan komuni satu persatu kepada umat yang hadir.

Dalam kesehariannya bersama teman-teman dan saudara-saudaranya sebaya, mereka sering melakukan permainan “misa-misaan”. Bermain seolah-olah sedang merayakan ekaristi. Dan yang pimpin adalah Tio kecil, sedangkan teman dan saudaranya yang lain berperan sebagai umat. Ketika tiba di bagian komuni, Tio kecil akan membagikan permen Winston sebagai pengganti hosti kepada teman-teman dan saudaranya.

Benih panggilan yang sudah ada di masa kecilnya itu kemudian tumbuh subur di Niki-Niki. Enam tahun mengenyam pendidikan SMP dan SMA di Niki-Niki, dua sekolah swasta Katolik inilah yang membentuk diri dan pribadinya. Namun demikian, Pater Tio di masa remajanya terkenal sebagai remaja yang nakal, suka berkelahi dan tipu-tipu kecil terkait sekolahnya. Ada pengalaman di mana demi bisa lancar membawa motor, ia rajin bolos dari sekolahnya untuk latihan motor. Surat panggilan dari sekolah untuk orangtuanya tidak dipedulikan, surat itu malah disembunyikan, tidak sampai ke tangan orangtuanya di Siolais. Bahkan di masa SMP, Pater Tio tidak lulus gara-gara tidak mau mengikuti ujian praktek. Ibunya, mama Marta, adalah yang paling sibuk untuk bolak-balik Siolais dan Niki-Niki karena kenakalannya ini.

Niat Pater Tio untuk masuk biara, nyaris terhalang ijazah. Ia tidak memiliki ijazah SMP, dan ijazah paket B yang dijanjikan, tidak kunjung muncul di sekolah. Semuanya akibat dari nakal dan keras kepala. Tetapi benih panggilan menjadi imam, tidak layu dan mati dalam diri Pater Tio. Ia kemudian mengambil paket B agar bisa mendapatkan ijazah untuk melanjutkan pendidikan ke SMAK Stella Maris Niki-Niki. Karena pesan dari orangtuanya jelas: harus lulus SMA!

Kisah perjuangan orang tua pater Tio untuk menyekolahkan anak-anaknya adalah kisah paling manis dan istimewa jika dikenang saat ini. Dengan kemampuan ekonomi yang kurang dari pas-pasan, orangtua Pater Tio tidak pernah menyerah untuk Pendidikan anak-anak dalam rumah mereka. Mama Marta adalah yang paling keras berusaha agar anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Segala macam cara ditempuh untuk biaya Pendidikan. Selain usaha dan kerja di kampung dengan penghasilan minim, Mama Marta tidak malu untuk berhutang demi bisa membayar biaya sekolah. Bahkan ia berani melawan para tengkulak (si pemberi hutang yang memberi bunga tinggi dalam hal pinjam-meminjam uang).

Dari kenakalan remaja pater Tio dan keras kepalanya, ia memiliki sisi baik dan manis dalam dirinya, yakni selalu semangat dan rajin memasak jika ibunya berkunjung ke asrama/kosnya di Niki-Niki. Satu pengalaman yang tidak dimiliki oleh saudari perempuannya, Heni, yang saat itu juga mengenyam Pendidikan di Niki-Niki. Pengalaman kecil ini pun menjadi pengalaman yang selalu diingat mama Marta.

Sebagai remaja yang sedang berjuang mencari identitas saat itu, Niki-Niki menjadi kota kecil yang berhasil menjaga dan memupuk benih panggilannya. Selain sepak bola, salah satu hobby pater Tio adalah bermusik. Menyanyi dan bermain alat musik adalah kesenangan dari Pater Tio. Dan ketika bermusik inilah pater Tio memantapkan panggilannya untuk menjadi seorang biara. Saat itu ia bersama teman-temannya bermusik, mengiringi paduan suara pada perayaan syukuran imam baru RD. Amanche Ninu di Niki-Niki.

Lulus SMA, pater Tio menyampaikan niatnya untuk mantap masuk biara. Biara pertama yang menjadi pilihannya adalah salah satu biara di Kota Atambua, yang menjanjikan untuk setelah lamar para calon bisa langsung berangkat dan melanjutkan Pendidikan di Filipina. Niat pertama ini ditentang ibunya, dengan alasan takut jika anak sulungnya ke Filipina dan terlantar di sana.

Ia memutuskan ke kupang dan bertemu dengan RD Arki Manek (seorang pastor yang masih memiliki hubungan keluarga dari pihak ayahnya), yang kemudian membantunya untuk melamar ke gonggregasi CMF (Claretian). Namun ternyata ia gagal saat tes masuk.

Tak putus asa, Pater Tio mengajukan lamaran ke Konggregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria, biara yang letaknya berhadapan dengan biara CMF, biara yang kemudian menghantarnya mewujudkan cita-cita menjadi seorang imam, seorang yang bisa memimpin perayaan ekaristi tanpa harus menggantikan hosti kecil dengan permen winston.

 

Siapa Bilang Yang Nakal & Tukang Bolos Tuhan Tidak Pake?

Masa kecil nakal. Masa remaja tukang bolos. Tapi setianya di jalan panggilan Tuhan, sungguh diacungi jempol. Tanggal 20 Agustus 2013, Pater Tio resmi diterima di Biara Hati Kudus Yesus & Hati Tak Bernoda Maria (MSsCc) Matani – Penfui, Kupang. Ujian pertama adalah setiap hari misa pagi dalam Bahasa Inggris. Tetapi hal ini bisa diatasi. Sempat ragu ketika melihat jubah para frater yang diikat dengan ikat pinggang putih. Tetapi setelah mengenal MSsCc secara dalam, keraguannya pun hilang. Pater Tio menjalankan masa novisiatnya pada tahun 2018-2019 di biara MSsCc Matani.

Tepat pada tanggal 16 Juli 2023, Pater Tio mengikrarkan Kaul Kekal untuk setia pada pada panggilannya di bawah naungan kongregasi MSsCc.

Satu bulan setelah pengikraran kaul kekal, Pater Tio ditahbiskan menjadi Diakon di Seminari Tinggi Hati Kudus Yesus dan Hati Tak Bernoda Maria Gere – Maumere. Sebagai daikon, ia kemudian mendapat tugas pelayanan di Paroki Ave Maria Bintang Laut Uwa Palue – Maumere.

Akhirnya, dengan didampingi oleh kedua orang tua tercinta, adik kandung dan keluarga besarnya, Pater Tio ditahbiskan menjadi imam oleh Mgr. Ewaldus Martinus Sedu, di Paroki St. Mikael Nita, Maumere.

Kalo Tuhan su panggil, siapakah mau lawan?

Rumus panggilan Tuhan itu beda. Dia datang, langsung menyapa orang per orang, dan butuh jawaban segera dari kita. Sonde pake tunggu. Bukan seperti kita orang Dawan. “Ho muhun ‘tna au tuin, Lu duluan nanti baru saya ikut.

Panggilan menjadi imam yang dilalui Pater Tio sungguh penuh dengan cinta. Cinta dari kedua orang tuanya, cinta dari saudara dan saudarinya, cinta dari keluarga besarnya, cinta dari teman-temanya, cinta dari para guru dan pendidiknya, cinta dari Gereja di mana ia tinggal dan bertumbuh, juga cinta dari semua orang yang mengasihinya dengan cara terbaik mereka.

Namun  apakah panggilan pater Tio Tanpa Salib? TIDAK. Panggilan yang dijalani pater Tio bukan panggilan yang tanpa salib. Setiap tahap panggilannya, selalu ada warna salib di dalamnya. Baik dari dalam diri sendiri dan keluarga, maupun dari lingkungan tempat ia bertumbuh. Salib yang mewarnainya lebih banyak muncul dari dalam alias di dekat-dekat pater. Namun Ujian, kesulitan, pertentangan, konflik, tantangan dan cobaan yang hadir silih berganti itu justru memurnikan jawaban YA dari pater Tio untuk menanggapi panggilan Tuhan.

Pater Lulus dalam memikul Salib? YA. Sudah lulus pikul salib dan siap untuk pikul salib selanjutnya setelah tahbisan ini dengan menjadi seorang imam yang setia.

Pater Sarisius Sulistio Fon, MSsCC, selamat atas rahmat tahbisan imamatnya. Selamat melayani di mana saja pater diutus. Jangan lupa doakan umat yang ada di tanah kelahiranmu, kuan Siolais, yang penuh dengan warna-warnai, asal semua cinta dan salib untuk perjalanan panggilanmu. ***

 

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *