Rabu, November 19, 2025
MUSPASSerba-Serbi

Dari Communio Menuju Transformasi: Menyambut MusPas Keuskupan Agung Kupang Tahun 2025

Pada tahun 2022, ketika Keuskupan Agung Kupang merayakan 25 tahun penggembalaan Mgr. Petrus Turang, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang saat itu, RD Gerardus Duka (Romo Dus), menulis sebuah refleksi berjudul “Communio: Persekutuan, Gereja Peziarah di tengah Tantangan dan Harapan (”https://keuskupanagungkupang.org/2022/07/27/communio-persekutuan-gereja-peziarah-di-tengah-tantangan-dan-harapan/). Refleksi ini menegaskan bahwa arah dasar pastoral Gereja Keuskupan Agung Kupang adalah communio—persekutuan iman yang dihayati dalam kebersamaan, dengan semangat Pertransiit Benefaciendo (Dia berkeliling sambil berbuat baik, Kis. 10:38), motto penggembalaan Mgr. Turang.

Dalam refleksi tersebut, Romo Dus menyoroti Gereja Keuskupan Agung Kupang sebagai Gereja peziarah yang tumbuh dari akar diaspora, berkembang dalam kebersamaan, dan selalu bergerak untuk menghadirkan Injil di tengah keberagaman budaya serta tantangan sosial-ekonomi masyarakat NTT. Communio bukanlah teori abstrak, melainkan roh yang membuat Gereja hidup dalam solidaritas, keterbukaan, dan perutusan.

“Gereja Keuskupan Agung Kupang tumbuh dan berkembang dalam kebersamaan. Dasar kebersamaan itu adalah iman akan Yesus Kristus yang menyata dalam praktek hidup keseharian umat.” — RD Gerardus Duka (2022)

Kini, dua tahun berselang, Keuskupan Agung Kupang memasuki sebuah momentum baru: Musyawarah Pastoral (MusPas) 2025, yang akan digelar pada 29 September – 3 Oktober 2025. MusPas ini mengusung tema “Gereja Keuskupan Agung Kupang Berjalan Bersama Menuju Indonesia Emas melalui Transformasi Pendidikan.” Dalam terang refleksi 2022, MusPas KAK 2025 dapat dipahami sebagai kelanjutan yang alami: dari fondasi communio menuju langkah konkret berupa transformasi pendidikan, sebagai jawaban terhadap kebutuhan umat di masa kini.

Foto Mgr. Hironimus Pakaenoni dan Rd Gerardus Duka, saat perayaan perak imamat di aula Sta. Maria Assumpta, 12 September 2022 (dok. Komsos KAK)

Refleksi Communio dalam Terang Situasi Aktual

Refleksi Romo Dus di tahun 2022 menekankan bahwa persekutuan iman hanya bermakna bila diwujudkan dalam keberanian berjalan bersama, terutama di tengah tantangan. Pada 2025 ini, situasi Gereja Kupang justru menegaskan pentingnya semangat itu. Kemiskinan struktural, ketimpangan akses pendidikan, kekerasan di sekolah, hingga perdagangan orang masih menghantui kehidupan masyarakat NTT.

Di sisi lain, Gereja pun menghadapi krisis dari dalam: sebagian umat merasakan jauhnya gembala, kehilangan teladan, dan melihat para imam terjebak pada mentalitas fasilitas. Dalam konteks inilah, MusPas KAK 2025 bukan hanya forum perencanaan pastoral, melainkan forum pertobatan bersama, di mana Gereja diajak kembali setia pada semangat communio—hadir, dekat, dan berjalan bersama umat dalam suka-duka hidup sehari-hari.

Dari Pertransiit Benefaciendo ke Pasce Oves Meas

Ada kesinambungan yang indah antara masa penggembalaan Mgr. Petrus Turang dan Mgr. Hironimus Pakaenoni.

  • Dengan motto Pertransiit Benefaciendo, Mgr. Turang menekankan wajah Gereja yang “berkeliling sambil berbuat baik”—Gereja yang hadir, peduli, dan membebaskan.
  • Dengan motto Pasce Oves Meas, Mgr. Hironimus menekankan tanggung jawab konkret untuk menggembalakan—menyapa umat dengan kasih, kedekatan, dan keteladanan, khususnya melalui pendidikan sebagai jalan transformasi.

“Pasce Oves Meas – Gembalakanlah domba-domba-Ku.” — Yoh 21:17, motto penggembalaan Mgr. Hironimus Pakaenoni

Keduanya bukanlah arah yang terpisah, tetapi bagian dari satu gerak panjang Gereja Keuskupan Agung Kupang: dari Gereja diaspora yang berjuang bertumbuh dalam kebersamaan, kini menjadi Gereja sinodal yang berjalan bersama, siap berkontribusi bagi cita-cita bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Mgr. Hironimus Pakaenoni didampingi oleh Mgr Petrus Turang dalam misa pontifical di Gereja Kristus Raja Katedral Kupang, 10 Mei 2024 (dok. Komsos KAK)

Harapan untuk MusPas KAK 2025

Dalam konteks ini, MusPas KAK 2025 diharapkan tidak berhenti pada wacana atau seremonial belaka. MusPas harus menjadi momentum kebangkitan pastoral yang menghidupkan kembali semangat communio dalam wajah yang baru. Gereja dipanggil untuk membuka ruang inklusif bagi semua umat, terutama kaum muda, perempuan, dan kelompok terpinggirkan, sehingga arah pastoral benar-benar lahir dari pengalaman nyata umat Allah.

Revitalisasi pendidikan Katolik juga menjadi harapan besar. Sekolah-sekolah Katolik, yang pernah menjadi pilar penting pembangunan NTT, harus dikembalikan pada identitas sejatinya sebagai ruang pembentukan manusia seutuhnya. Pendidikan tidak boleh direduksi menjadi sekadar instrumen akademik, tetapi mesti melahirkan pribadi yang beriman, berkarakter, dan siap mengabdi bagi sesama.

Selain itu, MusPas ini menjadi kesempatan bagi para gembala untuk melakukan pertobatan pastoral. Kehadiran gembala yang sederhana, dekat, dan memberi teladan adalah daya ubah paling nyata bagi umat. Hanya dengan itu, Gereja Keuskupan Agung Kupang dapat kembali menemukan kekuatannya sebagai saksi kasih Kristus.

Akhirnya, MusPas juga harus meneguhkan keterlibatan Gereja dalam kehidupan bangsa. Dengan berjalan bersama pemerintah dan masyarakat sipil, Gereja Kupang dipanggil untuk berperan aktif membangun masa depan NTT yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat.

Penutup

Melihat kembali refleksi Communio tahun 2022 dalam terang MusPas KAK di tahun 2025 ini, jelaslah bahwa Gereja Keuskupan Agung Kupang sedang melanjutkan sebuah perjalanan panjang: dari Pertransiit Benefaciendo menuju Pasce Oves Meas, dari Gereja diaspora menuju Gereja sinodal, dari fondasi persekutuan menuju transformasi konkret.

“Gereja yang berkeliling sambil berbuat baik kini dipanggil untuk menggembalakan dengan kasih, kedekatan, dan teladan hidup. Itulah jalan menuju Gereja yang berjalan bersama menuju Indonesia Emas.”

MusPas KAK 2025 adalah kesempatan emas bagi Gereja Kupang untuk memperbarui diri, agar tetap relevan, hadir, dan menjadi saksi pengharapan di tengah dunia. Dengan semangat communio yang diperdalam dan diarahkan pada transformasi pendidikan, Gereja Kupang sungguh dapat berjalan bersama umat menuju masa depan yang lebih cerah—menuju Indonesia Emas, bukan Indonesia cemas.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *