PASKAH: PENGGENAPAN HARAPAN BAGI PARA PEZIARAH PENGHARAPAN

PESAN PASKAH 2025
USKUP KEUSKUPAN AGUNG KUPANG
“PASKAH: PENGGENAPAN HARAPAN BAGI PARA PEZIARAH PENGHARAPAN”
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus ….
Kita telah berada pada Triduum Paskah, puncak dari masa Prapaskah yang telah kita jalani sebagai para peziarah pengharapan dalam semangat tobat dan pengorbanan selama kurang lebih empat puluh hari. Kita bersyukur, karena berkat kasih dan kerahiman Allah, kita diperkenankan untuk merayakan Paskah, kemenangan Kristus atas dosa dan maut.
Paskah hadir sebagai dasar iman kita. Tanpa Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus, Kekristenan hanya akan menjadi kumpulan ajaran bijak, bukan iman yang hidup yang telah mengubah kehidupan miliaran manusia selama kurang lebih dua milenium. Perayaan Paskah dalam iman Kristen menjadi pengingat mendalam akan harapan dan pembaharuan yang lahir dari Kebangkitan. Saat kita berkumpul sebagai orang-orang beriman untuk memperingati peristiwa iman nan agung ini, kita meneguhkan kembali komitmen kita pada prinsip kasih, rahmat, dan penebusan yang diwujudkan oleh Kristus. Dengan melakukan hal itu, kita tidak hanya menghormati pengorbanan luar biasa yang diberikan Tuhan bagi umat manusia, tetapi juga merangkul janji kehidupan kekal yang disimbolkan oleh Kebangkitan, yang menginspirasi tindakan kasih dan kebaikan yang tak terhitung di dunia. Rasul Paulus mengungkapkan kebenaran ini dengan sangat jelas dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus: “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu…” (1 Kor 15:17). Pernyataan ini menegaskan betapa sentralnya Paskah bagi iman kita. Tidak seperti hari raya keagamaan lain yang memperingati peristiwa penting, Paskah merayakan fondasi, di atasnya berdiri seluruh harapan Kristen.
Keutamaan Paskah muncul dari posisinya yang unik sebagai penggenapan rencana penebusan Allah. Dalam Kebangkitan, kita menyaksikan pengesahan ilahi atas pengorbanan Kristus pada Jumat Agung. Kubur yang kosong menyatakan bahwa maut, musuh terakhir umat manusia, telah dikalahkan. Kemenangan ini mengubah pemahaman kita akan kehidupan manusia, memberikan makna kekal pada peziarahan kita yang sementara di dunia ini.
Secara historis, Paskah yang kita rayakan merupakan penggenapan Paskah Yahudi, sekaligus mengungkapkan makna yang lebih dalam dari perayaan pembebasan tersebut. Sebagaimana Kristus, Anak Domba Paskah kita telah dikorbankan bagi kita, Paskah mengumandangkan eksodus yang lebih agung, bukan sekadar dari perbudakan fisik, melainkan terutama dari perbudakan dosa dan maut itu sendiri. Gereja awal telah mengakui pentingnya Paskah. Perayaan kebangkitan Kristus merupakan hari raya Kristen pertama, bahkan sebelum Natal. Pertemuan mingguan umat pada hari Minggu, “Hari Tuhan” sendiri adalah semacam Paskah mini, peringatan rutin atas hari ketika Kristus bangkit kembali dengan jaya. Praktik ini muncul secara alamiah dari pengalaman hidup para murid pertama, di mana perjumpaan mereka dengan Kristus yang bangkit mengubah seluruh cara pandang mereka.
Paskah dan keselamatan tidak dapat dipisahkan dalam teologi Kristen. Keduanya membentuk ikatan suci yang menerangi inti dari iman kita. Kebangkitan Yesus Kristus merupakan penegasan ilahi yang pasti bahwa janji keselamatan telah digenapi dan kini tersedia bagi seluruh umat manusia. Hubungan antara Paskah dan keselamatan terjalin pada berbagai tingkatan. Kebangkitan menjadi pengesahan atas korban penebusan Kristus di kayu salib. Tanpa Paskah, Jumat Agung akan tetap menjadi tragedi, bukan “kabar baik” seperti yang kita pahami. Rasul Paulus menulis, “Ia diserahkan karena pelanggaran kita, dan dibangkitkan demi pembenaran kita” (Rom 4:25). Kubur yang kosong adalah “Amin” dari Allah atas kata-kata Yesus di salib, “Sudah selesai”.
Di dunia modern, di mana kefanaan dan ketidakpastian sering kali mendominasi, Paskah menyampaikan pesan tentang permanensi dan harapan. Ia memastikan bahwa kasih lebih kuat daripada kebencian, bahwa harapan mengatasi kecemasan, bahwa hidup menang atas kematian, dan bahwa rencana Allah tidak dapat digagalkan oleh kejahatan manusia atau kehancuran alam. Inilah sebabnya, mengapa Paskah tetap menjadi bukan hanya hari raya Kristen yang paling penting, tetapi detak jantung iman kita, realitas mulia yang memberi makna pada segala sesuatu yang kita percayai.
Paskah menjawab ketakutan eksistensial terdalam kita, yakni ketakutan akan kematian, dan menggantikannya dengan jaminan kehidupan kekal. Kebangkitan Kristus tidak hanya menawarkan harapan untuk masa depan, tetapi juga perspektif yang diubah terhadap penderitaan saat ini. Sebagai orang beriman, kita dapat menghadapi berbagai masalah, tantangan, dan cobaan hidup dengan keyakinan bahwa kematian akibat dosa tidak lagi memiliki kata terakhir. Dengan ini, Paskah Kristus sekaligus membangkitkan harapan serta semangat juang kita untuk terus membela dan mempromosikan “budaya kehidupan” di tengah-tengah maraknya “budaya kematian” dewasa ini.
Paskah mengungkapkan sifat jasmani dari keselamatan Kristen. Tidak seperti filsafat-filsafat yang berusaha membebaskan jiwa dari tubuh, Kekristenan menyatakan penebusan seluruh pribadi. Kebangkitan fisik Kristus menegaskan kebaikan ciptaan materi Allah dan menjanjikan pembaharuannya yang terakhir. Keselamatan kita bukanlah pelarian dari ciptaan, melainkan penggenapannya. Paskah juga menerangi dimensi komunal dari keselamatan. Kristus yang bangkit menampakkan diri bukan kepada individu-individu yang terisolasi, melainkan kepada komunitas para murid, membentuk Gereja sebagai saksi hidup dari kebangkitan-Nya. Keselamatan kita tidak pernah sekadar bersifat pribadi, melainkan menggabungkan kita ke dalam Tubuh Kristus, menjadikan kita para peserta dalam misi penebusan-Nya yang terus berlangsung. Dengan demikian, Paskah Kristus juga mengajak sekaligus menantang kita untuk memerangi segala bentuk egoisme, individualisme, dan keserakahan yang cenderung mengutamakan kepentingan diri sendiri tanpa kepedulian terhadap penderitaan sesama; terus berjuang melawan berbagai eksploitasi dan penindasan yang dilakukan struktur-struktur kekuasaan tidak adil, yang menyebabkan kemiskinan dan penderitaan sekian banyak orang yang lemah dan tidak berdaya. Dalam hal ini, tindakan filantropi sporadis yang dilakukan rasanya tidak cukup. Diperlukan solidaritas dan gerakan bersama dari semua pihak yang berkehendak baik untuk mengubah budaya dan struktur-struktur sosial yang eksploitatif dan menindas, demi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan bagi semua orang.
Akhirnya, Paskah menunjuk pada lingkup keselamatan kosmik. Kebangkitan Kristus adalah “buah sulung” (1 Kor 15:20) dari panen yang akan mencakup pembaruan seluruh ciptaan. Janji keselamatan melampaui jiwa-jiwa individual menuju pada “pemulihan segala sesuatu” (Kis 3:21), ketika Allah akan “menjadikan segala sesuatu baru” (Why 21:5). Dengan ini, Paskah yang kita rayakan dalam Tahun Yubileum ini sekaligus mengundang kita sebagai peziarah-peziarah pengharapan untuk terus menghidupi Spiritualitas Penciptaan yang theosentris, yang semakin peduli pada sesama, lingkungan, dan seluruh alam ciptaan. Kita diundang untuk mengembalikan relasi yang benar dan harmoni dengan Tuhan sang Pencipta, dengan diri kita sebagai citra Allah, dengan sesama dan semua ciptaan lain yang dianugerahkan Allah bagi kita. Kita juga dipanggil untuk mewujudkan cinta, belas-kasih, perawatan, pemeliharaan dan perlindungan Allah, bukan hanya kepada sesama manusia, melainkan juga kepada lingkungan hidup dan seluruh alam ciptaan. Hanya dengan itu, kita dapat menjadikan bumi sebagai oikos, “rumah kita bersama” (Bdk. Laudato Si, 13), di mana semua makhluk ciptaan boleh saling menyapa sebagai saudara dan saudari, karena semuanya memiliki asal-usul yang sama (Bdk. Laudato Si, 11).
Dengan demikian, di dalam Paskah, kita tidak hanya menemukan peneguhan keselamatan, tetapi ekspresi keselamatannya yang paling penuh; keselamatan yang mencakup masa lalu, masa kini, dan masa depan kita; tubuh, jiwa, dan komunitas kita; serta seluruh tatanan ciptaan. Inilah janji mulia yang menjadikan Paskah sebagai pusat iman dan pengharapan Kristen yang penuh cahaya.
Selamat merayakan Paskah dengan penuh sukacita dan pengharapan. Tuhan memberkati!!!
Kupang, 17 April 2025
Uskup Agung Kupang
Mgr. Hironimus Pakaenoni
