Selasa, 1 April 2025
Hari biasa Pekan IV Prapaskah
Yeh. 47:1-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; Yoh. 5: 1-3a.5-16
Bacaan Injil hari ini mengisahkan tentang seorang yang sudah sakit selama tiga puluh delapan tahun, yang terbaring di dekat kolam Betesda. Ia menantikan saat di mana air kolam berguncang agar bisa masuk dan memperoleh kesembuhan, tetapi selalu ada orang lain yang mendahuluinya. Situasinya mencerminkan ketidakberdayaan dan keputusasaan yang sering juga kita alami dalam hidup ini.
Yesus datang kepadanya dan bertanya, “Maukah engkau sembuh?” (Yoh 5:6). Ini adalah pertanyaan yang tampaknya sederhana, tetapi sangat mendalam. Yesus ingin mengajak orang itu untuk menyadari kebutuhannya yang sebenarnya. Ia tidak hanya butuh air kolam Betesda, tetapi ia lebih membutuhkan Yesus, Sang Sumber Kesembuhan Sejati.
1. Yesus Adalah Sumber Kesembuhan Sejati
Orang lumpuh ini telah mengandalkan air kolam selama bertahun-tahun, tetapi tidak mendapatkan hasil. Baru ketika Yesus datang, ia mengalami kesembuhan seketika. Hal ini menunjukkan bahwa hanya Yesus yang mampu memberikan kesembuhan sejati, bukan sekadar kesembuhan fisik, tetapi juga pemulihan spiritual dan batin.
Sering kali dalam hidup, kita mengandalkan berbagai cara duniawi untuk mencari kebahagiaan dan pemulihan: uang, status, atau hubungan manusiawi. Namun, hanya dalam Yesus kita menemukan kepenuhan hidup.
2. Kesembuhan Membawa Tanggung Jawab
Setelah disembuhkan, Yesus berkata kepadanya, “Jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk” (Yoh 5:14). Ini mengajarkan bahwa kesembuhan dari Tuhan bukan sekadar anugerah fisik, tetapi juga panggilan untuk hidup baru yang lebih dekat dengan-Nya. Kesembuhan sejati harus diikuti dengan perubahan hidup, meninggalkan dosa, dan hidup dalam ketaatan kepada Tuhan.
3. Tidak Semua Orang Senang dengan Karya Tuhan
Ketika orang yang sembuh itu berjalan dengan membawa tilamnya, orang-orang Farisi justru mempersoalkan pelanggaran hukum Sabat. Mereka lebih fokus pada aturan daripada melihat karya Tuhan yang luar biasa. Ini menjadi pengingat bahwa dalam perjalanan iman, kita akan selalu menghadapi tantangan dan penolakan, bahkan dari orang-orang yang mengaku religius.
Saudara-saudari terkasih, Yesus mengundang kita untuk menerima kesembuhan sejati yang berasal dari-Nya. Ia bertanya kepada kita seperti kepada orang lumpuh itu: Maukah engkau sembuh? Apakah kita mau menyerahkan hidup kita kepada-Nya dan mengalami pemulihan, baik secara fisik, batin, maupun spiritual? Semoga kita selalu datang kepada Yesus dengan iman dan mengalami kasih serta kuasa-Nya yang menyembuhkan. Amin.
