Minggu, Maret 16, 2025
Renungan Harian

Sabtu, 8 Martet 2025

Hari Sabtu sesudah Rabu Abu

Yes. 58:9b-14; Luk. 5:27-32

Pada hari ini, kita merenungkan kisah panggilan Lewi, seorang pemungut cukai, yang kemudian menjadi murid Yesus. Peristiwa ini menunjukkan betapa besar kasih dan kerahiman Tuhan yang tidak datang untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa agar mereka bertobat.

Ketika Yesus melihat Lewi di tempat pemungutan cukai, Ia hanya berkata, “Ikutlah Aku!” (Luk 5:27). Tanpa banyak pertimbangan, Lewi segera meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa kasih Yesus tidak terbatas pada mereka yang dianggap suci atau layak, tetapi justru menjangkau mereka yang dipandang hina oleh masyarakat. Pemungut cukai seperti Lewi dikenal sebagai orang berdosa karena sering bekerja sama dengan penjajah Romawi dan dianggap korup. Namun, Yesus melihat hati Lewi dan memberinya kesempatan untuk bertobat.

Respon Lewi terhadap panggilan Yesus begitu luar biasa. Ia tidak hanya mengikuti Yesus, tetapi juga mengadakan perjamuan besar untuk-Nya dan mengundang banyak pemungut cukai serta orang-orang berdosa lainnya (Luk 5:29). Ini adalah simbol pertobatan yang sejati—ketika seseorang meninggalkan kehidupan lamanya dan memilih jalan baru bersama Tuhan. Lewi ingin berbagi sukacita karena menemukan hidup yang baru dalam Yesus.

Para ahli Taurat dan orang Farisi mengkritik Yesus karena makan bersama orang-orang berdosa. Namun, Yesus menjawab dengan penuh kasih: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” (Luk 5:31-32). Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak menutup pintu bagi siapa pun. Sebaliknya, Ia mengundang kita semua untuk mengalami pertobatan dan pembaruan hidup.

Kisah ini bukan hanya tentang Lewi, tetapi juga tentang kita semua. Kita mungkin tidak menjadi pemungut cukai, tetapi kita semua adalah orang berdosa yang membutuhkan rahmat Tuhan. Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: Bagaimana kita menanggapi panggilan Yesus? Apakah kita siap meninggalkan dosa-dosa kita dan mengikuti-Nya dengan setia? Tuhan selalu siap menerima kita kembali. Ia tidak melihat masa lalu kita, tetapi melihat potensi kita untuk bertumbuh dalam kasih dan kebenaran-Nya. Kita dipanggil untuk mengalami pertobatan sejati dan berbagi sukacita keselamatan dengan sesama.

Saudara-saudari terkasih, melalui kisah ini, kita diajak untuk percaya bahwa kasih Tuhan lebih besar dari dosa kita. Ia selalu memberi kesempatan baru bagi kita untuk bertobat dan hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Mari kita membuka hati bagi panggilan Tuhan, meninggalkan dosa, dan bersaksi tentang kasih-Nya kepada dunia. Amin.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *