Senin, September 15, 2025
Renungan Harian

Jumat, 28 Maret 2025

Hari biasa Pekan III Prapaskah

Hos. 14:2-10; Mzm. 81:6c-8a,8bc-9,10-11ab,14,17; Mrk. 12:28b-34.

Dalam bacaan Injil hari ini, seorang ahli Taurat datang kepada Yesus dan bertanya: “Perintah manakah yang paling utama?” Pertanyaan ini bukan sekadar soal hukum, tetapi mencerminkan kerinduan manusia untuk memahami kehendak Allah yang sejati. Yesus menjawab dengan mengutip Shema Israel, doa inti iman bangsa Yahudi: “Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu, dan dengan segenap kekuatanmu.” Dan Ia menambahkan, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Tidak ada perintah yang lebih besar daripada dua hal ini.

1. Mengasihi Allah dengan Seluruh Keberadaan Kita

Yesus menekankan bahwa mengasihi Allah bukanlah sekadar ucapan atau ritual belaka, melainkan harus mencakup seluruh dimensi hidup kita: hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan. Ini berarti bahwa kasih kepada Allah harus menjadi pusat kehidupan kita, menggerakkan setiap tindakan, keputusan, dan sikap kita sehari-hari. Kita dipanggil untuk menempatkan Allah di atas segala sesuatu, lebih dari harta, jabatan, atau kepentingan pribadi.

2. Mengasihi Sesama Seperti Diri Sendiri

Kasih kepada Allah tidak bisa dilepaskan dari kasih kepada sesama. Dalam kehidupan kita, kasih seringkali diuji melalui relasi dengan orang lain—keluarga, teman, rekan kerja, bahkan dengan mereka yang berbeda pandangan atau sulit untuk kita cintai. Kasih kepada sesama menuntut kita untuk memiliki hati yang terbuka, siap mengampuni, dan selalu berusaha membawa damai.

3. Kesatuan Hukum Kasih

Yesus mengajarkan bahwa hukum kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Tidak cukup hanya rajin berdoa atau aktif dalam kegiatan gereja jika tidak dibarengi dengan kepedulian terhadap sesama. Sebaliknya, pelayanan kepada sesama juga harus didasarkan pada kasih kepada Allah, bukan sekadar rasa kemanusiaan semata.

4. Hidup Dalam Kerajaan Allah

Ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus akhirnya menyadari kebenaran ajaran-Nya dan Yesus berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” Ini menunjukkan bahwa siapa pun yang memahami dan menghidupi hukum kasih ini telah mendekat kepada kehidupan yang dikehendaki Allah. Namun, kita tidak cukup hanya ‘tidak jauh’ dari Kerajaan Allah, kita harus benar-benar masuk ke dalamnya dengan mewujudkan kasih dalam kehidupan nyata.

Marilah kita menjadikan kasih kepada Allah dan sesama sebagai dasar hidup kita. Dalam keluarga, pekerjaan, dan komunitas, mari kita belajar untuk semakin tulus mengasihi. Semoga setiap tindakan kita menjadi cerminan kasih Allah yang nyata di dunia ini. Amin.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *