Pesta Pemuliaan Salib Suci.
Minggu, 14 September 2025
Bil 21:4-9; Flp 2:6-11; Yoh 3:13-17
Hari ini kita merayakan Pesta Pemuliaan Salib Suci. Salib yang dahulu menjadi tanda penghinaan dan hukuman, kini dimuliakan sebagai tanda kasih dan keselamatan. Melalui Salib, Kristus mengorbankan diri-Nya sebagai persembahan kasih yang sempurna bagi dunia.
Dalam bacaan pertama (Bil 21:4-9), bangsa Israel yang memberontak digigit ular berbisa. Tuhan memerintahkan Musa membuat ular tembaga dan meninggikannya, supaya siapa pun yang memandangnya tetap hidup. Itu menjadi lambang keselamatan: manusia yang dilukai dosa akan diselamatkan bila memandang kepada tanda kasih Allah.
Yesus menggenapi lambang itu, seperti kita dengar dalam Injil (Yoh 3:13-17). Ia berkata: “Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan.” Salib adalah wujud nyata kasih Allah: “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”
Surat kepada Jemaat di Filipi (Flp 2:6-11) menegaskan, Kristus taat sampai wafat di kayu salib. Justru karena ketaatan itu Allah meninggikan Dia dan mengaruniakan nama di atas segala nama. Salib yang tadinya tanda kehinaan, kini menjadi tanda kemenangan.
Saudara-saudari, Pesta Salib Suci mengingatkan kita pada tiga hal. Pertama, Allah tidak pernah meninggalkan kita dalam dosa, melainkan turun menyelamatkan kita. Kedua, setiap salib kehidupan—penderitaan, pergumulan, luka batin—bila dipersatukan dengan Kristus, akan menjadi jalan menuju kebangkitan. Ketiga, Salib mengajak kita untuk hidup dalam kasih, pengampunan, dan kerendahan hati.
Maka, marilah kita menjadikan Salib pusat iman kita. Mari kita memandang Kristus yang tersalib, agar kita dikuatkan dalam perjalanan hidup. Semoga Salib yang kita muliakan hari ini senantiasa menjadi sumber harapan dan tanda kemenangan kasih Allah dalam hidup kita.
Amin.