Lokakarya Pelatihan Fasilitator Kitab Suci Regio Nusra: Manjadi Saksi Sabda yang Transformatif
Kuwu, 16-19 Oktober 2025, bertempat di Wisma Siloam Kuwu, digelar Lokakarya Pelatihan Fasilitator Kitab Suci tingkat Regio Nusra, dihadiri oleh tujuh keuskupan dari sembilan keuskupan yang ada, yakni Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Weetabula, Keuskupan Larantuka, Keuskupan Maumere, Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Ruteng dan Keuskupan Labuan Bajo. Sedangkan dua keuskupan yang berhalangan hadir yakni Keuskupan Atambua dan Keuskupan Denpasar.

Lokakarya berupa Pelatihan Fasilitator Kitab Suci dengan mengambil tema _Menjadi Saksi Sabda Yang Transformatif_ merupakan salah satu program kegiatan Delkit Regio Nusra, yang dilaksanakan dua tahun sekali, sejak tahun 2015. Tahun 2025 ini, Keuskupan Ruteng ditunjuk sebagai tuan rumah kegiatan atau sebagai panitia pelaksana. Kegiatan tersebut berlangsung atas dukungan penuh dari Lembaga Biblika Indonesia (LBI).
Hari Pertama: Misa Pembukaan dan Perkenalan Peserta
Tepat pukul 16.00 atau jam empat sore, bertempat di Kapela Novisiat Sang Sabda Kuwu, dilangsungkan Misa Pembukaan kegiatan Lokakarya Pelatihan Fasilitator Kitab Suci se-Regio Nusra. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Ruteng, P. Sebastianus Hobahana, SVD didampingi para imam selebaran, P. Ito Dhogo (Keuskupan Maumere), P. Yoseph Masan Toron, SVD (Keuskupan Ruteng), P. Nardi Liman, C.Ss.R (Keuskupan Weetebula), RD. Vian Watu (Keuskupan Larantuka). Hadir pula dalam perayaan Ekaristi ini almarhum P. Frans Pora Udjan, SVD (Direktur Wisma Siloam Kuwu), P. Yoseph Bala Makin, SVD (Rektor Novisiat Sang Sabda Kuwu) dan para frater Novisiat Sang Sabda Kuwu yang mengiringi perayaan Ekaristi dengan koor yang indah.

Dalam homilinya, P. Sebastianus menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan yang dilaksanakan di Kuwu, Keuskupan Ruteng. “Mewakili Bapak Uskup Ruteng, saya mengucapkan selamat datang kepada Semua Peserta Lokakarya Fasilitator Kitab Suci Regio Nusra dan selamat berkegiatan di Kuwu. Semoga kegiatan yang dilaksanakan bermanfaat tidak hanya bagi para peserta yang hadir tetapi juga bagi banyak orang yang dilayani di keuskupan masing-masing”, ungkap Pater Sebastianus.
Setelah Perayaan Ekaristi, dilanjutkan dengan ceremony pembuka oleh Vikjen Keuskupan Ruteng. Semua Peserta yang hadir tampak antusias. Kegiatan hari pertama selain perkenalan peserta, juga ada sesi input masalah atau persoalan yang berkaitan dengan Kitab Suci pada umumnya dan fasilitator secara khusus. Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diminta untuk menuliskan persoalan atau kesulitan yang dihadapi di masing-masing keuskupan dan hasilnya dipresentasikan untuk kemudian dipakai sebagai bahan diskusi atau materi pendukung dalam kegiatan lokakarya.
Hari Kedua: Menjadi Fasilitator Kitab Suci Yang Transformatif
Jumat, 17 Oktober 2025, Pelatihan Fasilitator hari kedua berlangsung full time, dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 21.00 (jam 9 malam). Pematerinya adalah P. Petrus Cristologos Dhogo, SVD, ketua Komisi Kerasulan Kitab Suci Keuskupan Maumere, yang adalah juga wakil LBI.

Materi yang disampaikan P. Ito, demikian beliau disapa, adalah beragam, mulai dari membaca Kitab Suci dengan teliti, metode-metode pendalaman Kitab Suci, peran fasilitator, keterampilan yang harus dimiliki oleh fasilitator dan kiat-kiat menghadapi umat yang masih bersikap apatis terhadap kegiatan kerohanian yang berkaitan dengan Kitab Suci, seperti katekese.
“Fasilitator Kitab Suci bukan pengajar kitab suci. Seorang Fasilitator harus memiliki keterampilan khusus agar mampu memfasilitasi semua peserta yang terlibat dalam katekese atau sharing Kitab Suci”, tegas Pater Ito. “Tetapi, menjadi fasilitator, bukan berarti tidak ada persiapan. Fasilitator harus memahami terlebih dahulu materi yang dibawakan dalam katekese. Karena itu, seorang fasilitator harus mempelajari materi sebelum bertemu dengan peserta katekese”, lanjutnya dengan semangat.
Pada sesi tanya jawab, sebagian besar pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana mengatasi minat umat yang sangat rendah terhadap Kitab Suci dan katekese. Pater Ito kemudian mengajak peserta dengan mengajukan pertanyaan sederhana. “Kita bisa cek di masing-masing paroki atau keuskupan, apakah umat kita sudah memiliki Kitab Suci atau belum? Jika belum, langkah pertama adalah harus memiliki dulu Alkitab. Jika sudah, apakah mereka membaca dan akrab dengan Kitab Suci atau tidak?”, tanya P. Ito dengan gaya khasnya yang santai tapi serius.

Hari Ketiga: Peran Penting Fasilitator adalah sebagai Penggerak
Sabtu, 18 Oktober 2025, pelatihan fasilitator dipandu oleh 2 orang pemateri. Pemateri utamanya adalah P. Ito Dhogo dan pemateri lainnya adalah RD. Benediktus Gaguk, ketua Lembaga Caritas Keuskupan Ruteng yang juga aktif dalam kegiatan pastoral Kitab Suci anak.
Dalam sesi Pastoral Kitab Suci anak, RD. Benediktus yang akrab disapa Romo Beben, menekankan pentingnya memperkenalkan Kitab Suci kepada anak-anak sejak usia dini. “Anak-anak adalah masa depan gereja. Karena itu penting bagi mereka untuk dikenalkan Kitab Suci sejak dini, agar mereka terbiasa akrab dan mencintai kitab suci”, tegasnya.

Selain materi yang diberikan, para peserta juga diminta untuk belajar dan mempraktikkan beberapa permainan atau animasi yang berkaitan dengan Kitab Suci. Semua peserta semangat. Dalam kelompok masing-masing, peserta membagi peran untuk animasi dan dinamika dalam kelompok.
Ada juga sesi dimana para peserta yang hadir diberi kesempatan untuk sharing pengalaman pastoral terkait Kitab Suci. Diwakili oleh dua keuskupan, Keuskupan Maumere dan Keuskupan Agung Kupang, peserta diperkaya dengan sharing pengalaman pastoral Kitab Suci yang luar biasa.
“Untuk menjadi penggerak Kitab Suci, kita mulai dulu dari dalam diri sendiri, dalam keluarga lalu ke komunitas atau kelompok yang lebih luas, seperti KBG, stasi, paroki dan Keuskupan”, ungkap Ibu Waty dari keuskupan Maumere.

Senada dengan hal tersebut, Evi Lemba, mewakili Keuskupan Agung Kupang, membagi pengalaman terkait bagaimana mengajak umat yang berada dalam lingkungan minoritas untuk membaca dan mencintai Kitab Suci. “Menjadi fasilitator dan apalagi penggerak Kitab Suci, kita harus siap dan rela berkorban. Berkorban dalam segala hal, baik waktu, tenaga, materi dan juga pikiran. Kita mulai bergerak dulu, selebihnya akan diatur oleh Tuhan”, ujar.
Kegiatan hari ketiga ditutup dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) oleh masing-masing paroki dan atau keuskupan yang hadir. Semua peserta bersemangat. RTL yang telah disusun, kemudian dipresentasikan di hadapan peserta yang hadir.
Dari 67 peserta yang hadir, banyak juga utusan dari mahasiswa STIPAS Keuskupan Ruteng dan orang muda yang bersemangat, mau belajar mengenal dan mencintai kitab Suci. “Kami merasa bangga bisa hadir dalam lokakarya ini, belajar dari haring pengalaman peserta yang hadir, dan semoga ini menjadi bekal yang bermanfaat bagi kami, para calon katekis muda, ketika turun ke paroki-paroki dan bertemu umat”, ungkap seorang mahasiswa STIPAS dengan bersemangat.

Minggu, 19 Oktober 2025, rangkaian kegiatan lokakarya pelatihan fasilitator Kitab Suci ditutup dengan Perayaan Ekaristi bersama umat di paroki St.Klaus Kuwu. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh wakil ketua LBI, Pater Ito.
Semua peserta pulang membawa bekal materi dan kekayaan pengalaman yang didapatkan selama kurang lebih 3 hari di Wisma Siloam Kuwu. Semoga para peserta yang hadir dapat kembali ke paroki dan keuskupannya dan menjadi penggerak Kitab Suci, agar Sabda Tuhan semakin dikenal dan dicintai oleh banyak orang. (Magdalena Hokor).
