Kamis, November 20, 2025
BeritaMUSPAS

Prof. Dr. Yanuar Nugroho Buka Wawasan Peserta Muspas KAK 2025: Membaca Situasi Aktual Indonesia

Kupang, 29 September 2025 – Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Agung Kupang Tahun 2025 resmi memasuki sesi pertama dengan menghadirkan Prof. Dr. Yanuar Nugroho sebagai pembicara utama. Materi yang dibawakan berfokus pada refleksi situasi aktual Indonesia dengan tema Hic ad Nunc: Merefleksikan Indonesia, Kini dan di Sini. Sesi ini dimoderatori oleh Romo Aditya, yang dengan piawai memandu jalannya diskusi.

Dalam paparannya, Yanuar Nugroho—dosen STF Driyarkara Jakarta, anggota Komisi Ilmu Sosial Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), sekaligus mantan Deputi II Kepala Staf Kepresidenan RI (2015–2019)—mengurai berbagai tantangan bangsa Indonesia saat ini. Ia menyoroti gelombang aksi massa di lebih dari 170 kota/kabupaten pada Agustus–September 2025, yang menjadi cerminan keresahan rakyat terhadap tata kelola pemerintahan, ketidakadilan struktural, hingga korupsi yang masih masif.

Menurutnya, di balik keramaian demonstrasi dan dinamika politik yang tampak di permukaan, terdapat persoalan mendasar yang sering luput dari perhatian publik: semakin menyempitnya ruang sipil, melemahnya peran media, serta gejala kembalinya praktik otoritarianisme. “Bahaya terbesar yang kita hadapi adalah normalisasi kedaruratan—ketika keadaan darurat dijadikan pola rutin dalam tata kelola negara, sehingga ruang demokrasi makin terhimpit,” tegas Yanuar.

Selain membedah persoalan demokrasi, ia juga menyoroti persoalan kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa. Data BPS yang menunjukkan garis kemiskinan di Indonesia menurutnya tidak bisa dilepaskan dari pilihan politik dalam membentuk narasi bahwa kemiskinan dapat ditekan, padahal kesenjangan sosial masih lebar.

Lebih jauh, Yanuar menekankan bahwa Gereja dan masyarakat sipil memiliki peran penting untuk menjaga demokrasi dan menegakkan martabat manusia. Ia mengajak umat beriman untuk berani menegur kebijakan yang mencederai keadilan, memperkuat mekanisme kontrol publik terhadap lembaga negara, dan menjadi saksi integritas dalam ruang politik maupun pelayanan publik. “Politik yang sejati adalah wujud cinta kasih yang dijalankan demi kebaikan bersama,” ujarnya, merujuk pada ajaran Gereja Katolik.

Romo Aditya selaku moderator kemudian membuka ruang dialog, yang memperkaya sesi dengan pertanyaan-pertanyaan kritis dari peserta Muspas. Diskusi ini memperlihatkan bahwa umat dan para pelayan Gereja di Keuskupan Agung Kupang bukan saja peduli pada urusan internal Gereja, tetapi juga peka terhadap dinamika sosial-politik bangsa.

Ceramah perdana dari Prof. Dr. Yanuar Nugroho ini menjadi pembuka yang kuat dan menggugah, menegaskan bahwa Muspas KAK 2025 tidak hanya membicarakan soal pastoral internal, tetapi juga berangkat dari realitas aktual Indonesia. Dengan demikian, Gereja dipanggil untuk sungguh menjadi terang dan garam, menghadirkan suara profetik di tengah bangsa.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *