Kamis, November 20, 2025
Berita

Pilihan Yang Tidak Gampang: Menjadi Orang Fasik Atau Orang Benar?

Kaniti, 29 September 2025 — SEKAMI KUB St. Paulus Rasul, Stasi St. Markus Kaniti, Paroki Penfui, menutup rangkaian kegiatan BKSN dengan menggelar katekese Minggu terakhir di rumah Bapak Heri Kolo. Pertemuan Katekese minggu terakhir ini dihadiri oleh 18 SEKAMI KUB.

Katekese yang difasilitasi oleh ibu Magdalena Hokor ini dimulai tepat jam 18.30 WITA. 30 menit sebelum dimulai, anak-anak Sekami sudah antusias dengan alkitab di tangan masing-masing. Dari rumah ke rumah, mereka semangat mengajak teman-temannya untuk hadir dalam pertemuan katekese terakhir ini. “Kita harus ikut katekese karena ini katekese terakhir, nanti tahun depan baru katekese lagi”, seorang anak mengajak tetangganya dengan setengah berteriak.

Katekese dimulai dengan lagu pembuka oleh Nelcy Tameno. Dilanjutkan dengan Doa Pembuka oleh fasilitator. Ibu Magdalena membuka pertemuan dengan mengajak anak-anak mengingat kembali 3 pertemuan sebelumnya. Peserta berebutan menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Hampir semua yang hadir mengingat baik tema dan bacaan yang direnungkan pada pertemuan 1-3. Selanjutnya Magdalena kemudian menjelaskan tema pertemuan ke-4 BKSN, yakni Pembaruan Relasi dengan Allah sendiri. Secara singkat Magdalena mengajak anak-anak untuk memahami terlebih dahulu dua kelompok besar manusia yang ditampilkan dalam bacaan yang akan dibacakan secara bersama-sama, yakni kelompok orang-orang fasik dan orang-orang benar.

Masuk dalam tahapan lectio, anak-anak diminta untuk membaca teks dari Maleakhi 3:13-18, yang menampilkan dua kelompok manusia / orang-orang, orang fasik dan orang benar. Karena ada beberapa yang menggunakan Alkitab Deuterokanonika TB 2, maka teks dibacakan 2 kali secara bergantian, TB1 dan TB2. Setelah membaca teks, peserta diajak mendalami teks dengan rumus 5W+1H, dan menemukan pesan dari teks.

Yang menarik, dalam menemukan pesan teks, seorang anak tertarik pada ayat 15 dan 17. Dengan semangat dia menghubungkan 2 ayat ini sambil berkata “Ibu, berarti kita sombong tidak apa-apa, asalkan jangan berlebihan, karena kitab suci mengatakan orang sombong juga berbahagia. Kalau kita sombong tapi kemudian kita bertobat, pasti Tuhan mau terima kita dan kita jadi anak kesayangan Tuhan. Maka kita bahagia. Begitu toh, ibu?”, ujarnya dengan penuh semangat. Magdalena kemudian menjelaskan secara sederhana pesan teks yang dibacakan, tanpa mengatakan bahwa yang dikatakan anak tadi adalah salah. Ia kemudian meluruskan konteks orang sombong dalam teks Maleakhi 3:15, dengan orang sombong yang dipahami anak itu.

Di lain pihak, seorang anak dengan polosnya membagikan pengalaman terkait orang fasik. “Memang susah menjadi orang benar. Kadang kita harus bertemu dengan teman yang mengatakan kita sok suci jika rajin ke gereja. Tapi kadang saya juga yang ada di posisi, mengatakan teman saya sebagai sok suci. Ternyata saya juga bisa jadi orang fasik”, ungkapnya dengan ekspresi yang penuh dilema.

Magdalena menutup sesi pendalaman teks dengan memberikan kesimpulan sederhana bagi anak-anak. Pertama, semua kita pernah menjadi orang fasik atau dianggap fasik oleh sesama. Tetapi bagaimanapun, Tuhan menghendaki kita untuk hidup sebagai orang benar. Kedua, orang benar tidak akan luput dari kesulitan dan masalah. Tetapi cara hidup orang benar adlaah yang dikehendaki Tuhan, dan Tuhan akan menjadikannya sebagai anak kesayanganNya pada hari yang ditentukan oleh Tuhan sendiri. Ketiga, sebagai manusia berdosa, kita harus selalu memperbarui relasi dengan Tuhan setiap hari.

Setelah pendalaman tesk, dilanjutkan dengan doa spontan oleh anak-anak, pertemuan katekese ini kemudian diakhir dengan Kuis Berhadia. Anak-anak dibagi dalam 5 kelompok, dan diberikan pertanyaan untuk masing-masing kelompok. Pertanyaan yang diberikan adalah seputar materi Katekese BKSN tahun ini, pengetahuan umum tentang kitab suci dan gereja katolik. Masing-masing kelompok akan berlomba menjawab pertanyaan dengan benar, dan berusaha mengumpulkan hadiah sebanyak-banyak untuk kelompoknya.

Seru, heboh dan menarik. Meski masih anak-anak dengan pemahaman yang belum luas, mereka berusaha untuk hadir selalu dalam katekese, membolak-balik lembaran alkitab, membaca dan menemukan pesan teks dengan versi mereka. Pertemuan terakhir yang berdurasi hampir 2 jam itu tidak membosankan bagi semua yang hadir. Doa Penutup oleh Jelvika Nahak, mengantar anak-anak untuk mengingat kembali kebaikan Tuhan, dan harus selalu berdoa kepada malaikat agung yang pestanya dirayakan tepat tanggal 29 September, agar malaikat pelindung dan malaikat agung membantu anak-anak untuk tidak jatuh ke dalam dosa.

Sungguh istimewa melihat anak-anak semangat membaca kitab suci, dekat dan akrab dengan kitab suci. Membahagiakan ketika anak-anak sudah terlibat aktif dalam kegiatan kerohanian sejak dini. Biarlah Sabda Tuhan yang dibaca dengan gaya anak-anak, menyentuh hati mereka masing-masing. Semoga Sabda Tuhan meresap dan tinggal dalam hati mereka sehingga kelak mereka selalu menjadikannya sebagai pedoman dalam hidup mereka.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *