Muspas KAK 2025 Hari Kedua: Prof. Dr. Yanuar Nugroho Tekankan Tugas Gereja dan Masyarakat Sipil
Kupang, 30 September 2025 — Musyawarah Pastoral (Muspas) Keuskupan Agung Kupang memasuki hari kedua dengan melanjutkan materi yang dibawakan oleh Prof. Dr. Yanuar Nugroho. Setelah di hari pertama ia menyoroti situasi aktual Indonesia, kali ini Prof. Yanuar secara khusus mengulas tentang “Tugas Gereja dan Masyarakat Sipil” sebagai jawaban atas tantangan kebangsaan yang sedang dihadapi. Sesi ini kembali dimoderatori oleh Romo Aditya.
Dalam pemaparannya, Prof. Yanuar menegaskan bahwa tantangan yang dihadapi bangsa tidak hanya soal kebijakan jangka pendek, melainkan juga menyangkut arsitektur kekuasaan jangka panjang. Karena itu, Gereja bersama masyarakat sipil diajak untuk membangun kewaspadaan kolektif, memperkuat ketahanan sipil, serta berani menegur segala bentuk penyimpangan dari keadilan.

Ia juga menekankan pentingnya memperkuat demokrasi konstitusional agar tidak tergelincir pada otoritarianisme. Menurutnya, meski keadilan sering terasa jauh dari kehidupan masyarakat, Gereja dan kelompok awam tetap harus berdiri teguh menegakkan kebenaran. Salah satu bentuk nyata keterlibatan itu adalah dengan mendukung mekanisme saling kontrol antar-lembaga negara melalui trias politica dan lembaga independen publik seperti KPK, Komnas HAM, atau Ombudsman.
Dengan merujuk pada dokumen Gereja seperti Compendium Ajaran Sosial Gereja, Evangelii Gaudium, hingga Fratelli Tutti, Prof. Yanuar menyampaikan bahwa politik sejatinya adalah bentuk luhur dari kasih ketika dijalankan demi kebaikan bersama. “Iman dan kewarganegaraan bukan dua jalan terpisah, melainkan satu kesatuan yang saling menguatkan,” ungkapnya, sambil mengutip Apostolicam Actuositatem yang menegaskan panggilan umat Katolik untuk menjadi garam dan terang dunia.
Prof. Yanuar juga menegaskan bahwa ruang publik membutuhkan etika dan spiritualitas agar arah moral politik tetap terjaga. “Iman yang hidup tidak berhenti di altar, tetapi berjalan ke lorong-lorong pelayanan publik dan perjumpaan sosial,” ujarnya. Dalam konteks itu, Gereja dipanggil untuk menghadirkan cahaya Kristus di ruang publik melalui kasih, kebenaran, dan keadilan.
Sebagai penutup, Prof. Yanuar menyerukan agar Gereja dan masyarakat sipil tetap teguh menjadi suara profetik yang meneguhkan martabat manusia serta melawan ketidakadilan. Dengan pendekatan cura personalis, Gereja diharapkan mampu membimbing umat seturut situasi dan panggilan masing-masing, demi terwujudnya bonum commune atau kebaikan bersama yang adil dan inklusif.

Muspas KAK 2025 hari kedua ini semakin mempertegas arah Gereja lokal untuk berjalan bersama umat dalam menghadapi realitas sosial-politik bangsa, sekaligus menghadirkan wajah iman yang berpihak pada keadilan dan kemanusiaan.
