Katekese Minggu Terakhir BKSN KUB St. Mikhael Malaikat Agung Oebobo B: Umat Diajak Perbarui Relasi dengan Allah
Kupang, 28 September 2025 — Rangkaian Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2025 di Paroki Sta. Maria Assumpta Kupang mencapai puncaknya pada Minggu, 28 September 2025, ketika Kelompok Umat Basis (KUB) Sto. Mikhael Malaikat Agung Wilayah Oebobo B melaksanakan pertemuan keempat sekaligus pertemuan terakhir. Pertemuan yang mengangkat tema “Pembaruan Relasi dengan Allah Sendiri” ini difasilitasi oleh RD. Sipri Senda, seorang imam yang dikenal mendalami Kitab Suci dan juga Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang. Kehadirannya membuat pertemuan semakin berkesan dan memantik antusiasme umat yang hadir.
Dalam pengantar katekese, Romo Sipri mengajak umat untuk merenungkan bacaan dari Kitab Maleakhi 3:13-18. Teks Kitab Suci ini menampilkan kontras yang tajam antara orang fasik dan orang benar. Orang fasik memandang ibadat kepada Allah sebagai hal yang sia-sia, sementara orang benar menghormati nama Tuhan dan hidup seturut sabda-Nya. Allah berjanji akan mengasihi orang yang takut akan Dia seperti seorang bapa yang menyayangi anaknya yang setia. Sebaliknya, orang fasik akan menuai hukuman. Dari teks ini, umat diajak untuk melihat kembali diri sendiri: apakah selama ini lebih banyak hidup sebagai orang benar, atau justru jatuh ke dalam sikap orang fasik.
Romo Sipri menjelaskan bahwa orang fasik adalah pribadi yang gemar berbuat jahat, iri hati, melanggar perintah Allah, dan hidup dalam kebencian. Sedangkan orang benar adalah mereka yang mendengarkan sabda Tuhan, tekun melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, saling mengasihi, hidup dalam takut akan Tuhan, dan selalu berusaha melakukan kebaikan. Dengan gaya bertanya yang menggelitik, ia mengundang umat untuk berefleksi: apakah selama ini kita selalu menjadi orang benar, atau pernah pula menjadi orang fasik, bahkan mungkin pernah mengalami keduanya? Pertanyaan ini membuat suasana pertemuan hening sejenak sebelum kemudian hidup kembali dengan sharing pengalaman iman dari umat.
Beberapa umat menyampaikan kesaksian hidup mereka, di antaranya Ibu Wati Lendes, Ibu Paulina Alle, Ibu Mery Tapun, Bapak Adi Wahen, dan Ibu Maria Goba Marsi. Mereka berbagi bahwa dalam perjalanan hidup, tidak jarang pernah jatuh dalam sikap orang fasik, entah dengan menyimpan dendam, membenci, menjauh dari Tuhan, atau merasa doa-doa tidak pernah didengar. Ada juga yang pernah berpikir bahwa Tuhan tidak adil, membiarkan mereka hidup dalam kesulitan, atau merasa bahwa karena segalanya tercukupi, Tuhan tidak lagi dibutuhkan. Namun pengalaman rohani menunjukkan sebaliknya. Tuhan dengan caranya yang misterius hadir dan menyapa mereka, bahkan lewat mimpi seperti yang dialami Ibu Wati dan Ibu Mery. Dari pengalaman itu, mereka disadarkan kembali untuk hidup sebagai orang benar: mau mengampuni, setia dalam doa, sederhana dalam hidup, dan tidak menyusahkan orang lain.

Dalam penegasan akhirnya, Romo Sipri mengingatkan bahwa relasi dengan Tuhan adalah sesuatu yang harus terus dibangun. Hidup manusia adalah sebuah proses, di mana Tuhan menempah umat-Nya melalui berbagai peristiwa, termasuk tantangan dan kepahitan hidup. Namun dalam semuanya itu, Tuhan tidak pernah meninggalkan. “Tidak ada doa dan ibadat yang sia-sia. Waktu Tuhan memang berbeda dengan waktu manusia, tetapi pada akhirnya semua akan indah pada waktunya,” ungkapnya penuh keyakinan. Ia menegaskan bahwa umat dipanggil untuk percaya, beribadat, dan melayani Allah sepanjang hidup, sebab kasih dan penyertaan-Nya tidak pernah hilang.
Umat yang hadir tampak puas dan dikuatkan oleh pendalaman Kitab Suci serta sharing iman yang kaya makna. Wajah mereka memancarkan sukacita dan semangat baru untuk terus berjuang hidup sebagai orang benar. Mereka pun berkomitmen memperbarui relasi pribadi dengan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ketua KUB Sto. Mikhael Malaikat Agung, Silvester Tena, menuturkan bahwa umat juga berjanji untuk semakin aktif dalam kegiatan gerejawi, baik di tingkat basis maupun di paroki. Untuk aksi bersama akan terus dibicarakan, sedangkan untuk aksi pribadi, umat diajak untuk setia dalam doa, mengikuti perayaan Ekaristi, serta terus memperbarui relasi dengan Tuhan.
Pertemuan terakhir BKSN 2025 ini bukan sekadar penutup sebuah rangkaian kegiatan, melainkan menjadi titik awal semangat baru bagi umat. Dengan firman Tuhan sebagai penuntun, pengalaman iman yang dibagikan, serta arahan gembala rohani, umat diajak untuk terus menapaki jalan sebagai orang benar yang berelasi erat dengan Allah. Dari wajah penuh syukur yang terpancar, jelas terlihat bahwa pertemuan ini telah meninggalkan kesan mendalam dan meneguhkan tekad umat untuk berjalan bersama Tuhan di tengah tantangan hidup sehari-hari.
