Jumat, Oktober 24, 2025
Berita

Sabda Menyapa di Tengah Angin Dingin

Umat Buraen Antusias Ikuti Sosialisasi Kitab Suci TB2 dan Pelatihan Lectio Divina

Buraen, 28 Juni 2025 — Angin kencang dan hawa dingin yang menyelimuti dataran tinggi Amarasi Selatan di akhir bulan Juni tak mampu meredam semangat sembilan orang relawan Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang (KAK) yang bertolak dari Kota Kupang menuju Paroki St. Yohanes Pemandi, Buraen. Perjalanan yang memakan waktu beberapa jam itu membawa satu misi mulia: menyapa umat dengan sabda Allah melalui sosialisasi Kitab Suci Terjemahan Baru Edisi Kedua (TB2) dan pelatihan metode Lectio Divina.

Kegiatan yang dilangsungkan pada Sabtu sore ini disambut hangat oleh umat setempat. Sekitar 50 peserta hadir, terdiri dari Ketua-Ketua KUB, para Katekis, Guru Agama, Animator dan Animatris OMK dan SEKAMI, pembina THS/ THM, serta perwakilan umat dari setiap lingkungan. Mereka telah menantikan kedatangan para relawan dengan penuh antusiasme, meski cuaca kurang bersahabat.

Sebelum memasuki inti kegiatan, acara dibuka secara resmi dengan sambutan dari Pastor rekan Paroki Buraen, RD. Aken Udjan, yang mewakili Pastor Paroki, RD. Daniel Banamtuan. Dalam sambutannya, Romo Aken menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan atas kesediaan tim relawan Komisi Kitab Suci KAK datang berbagi ilmu dan semangat pewartaan. Ia mengajak seluruh umat yang hadir untuk mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh agar dapat memperkaya iman dan mendukung kehidupan pastoral di paroki.

Materi pertama disampaikan oleh Ibu Magdalena Lemba dengan topik sosialisasi Kitab Suci TB2. Ia memaparkan secara ringkas sejarah penerbitan Alkitab TB1 dan TB2, serta Deuterokanonika masing-masing versi. Penjelasan dilanjutkan dengan alasan revisi Alkitab TB1 menjadi TB2, yang merupakan hasil kerja serius dan panjang Komisi Kitab Suci KWI dalam menghadirkan teks Kitab Suci yang lebih akurat, kontekstual, dan sesuai dengan perkembangan pemahaman teologis serta kebahasaan umat masa kini.

 

Suasana menjadi lebih hidup ketika peserta mulai mengajukan pertanyaan. Salah satunya datang dari Bapak Bonifasius yang bertanya, “Kalau sekarang kita pakai Kitab Suci TB2, lalu TB1 itu dikemanakan? Apakah dimusnahkan atau masih bisa dipakai?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menunjukkan tingginya minat dan rasa ingin tahu umat tentang kehadiran TB2. Ibu Magdalena menjawab setiap pertanyaan dengan sabar dan jelas, sambil menekankan bahwa TB2 bukanlah penghapusan TB1, melainkan penyempurnaan untuk membantu umat makin mencintai dan memahami sabda Allah.

Setelah sesi sosialisasi, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan Lectio Divina yang dipandu oleh Ibu Magdalena Hokor. Metode ini diperkenalkan sebagai cara rohani untuk membaca Kitab Suci secara perlahan dan mendalam melalui lima langkah: Lectio (membaca), Meditatio (merenung), Oratio (berdoa), Contemplatio (diam dalam kehadiran Allah), dan Actio (bertindak). Karena sebagian besar peserta sudah cukup familiar dengan metode ini, maka waktu lebih banyak difokuskan pada praktik.

Teks yang digunakan dalam praktik Lectio Divina adalah kisah Zakheus. Dengan panduan rumus sederhana 5W + 1H (Who, What, Where, When, Why, How), peserta diajak untuk menggali pesan teks secara personal dan kontekstual. Hasilnya sangat menggembirakan: peserta aktif bertanya, menanggapi, bahkan berbagi pengalaman iman mereka. Diskusi pun mengalir hangat, mengalahkan angin dingin yang menyelimuti sore itu.

Hingga malam menjelang, semangat tak kunjung padam. Ruang pertemuan tetap dipenuhi semangat belajar, berbagi, dan persaudaraan. Kegiatan ini diakhiri dengan doa Taizé bersama. Dalam suasana hening dan syahdu, umat dan relawan bersatu dalam permohonan agar sabda Tuhan yang telah didalami terus bertumbuh dalam kehidupan mereka. Cahaya lilin, nyanyian doa, dan hening yang mendalam menjadi penutup yang penuh makna.

Kunjungan ini bukan sekadar acara pelatihan. Ia adalah perjumpaan iman, sebuah momentum pewartaan yang mempertemukan sabda Tuhan dan umat yang rindu akan pencerahan rohani. Di Buraen, di tengah angin yang dingin, api sabda Tuhan dinyalakan kembali—menyala dalam hati, berbuah dalam hidup. (Marlin Gani**)

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *