Jumat, Oktober 24, 2025
Konsultasi Iman

Pallium dalam Gereja Katolik

1. Pendahuluan: Simbol yang Unik dalam Gereja Katolik
Pernahkah anda melihat seorang Uskup Agung mengenakan sehelai kain putih berbentuk lingkaran di bahunya saat merayakan Ekaristi? Kain itu disebut pallium. Mungkin kita bertanya-tanya, apa arti dari tanda ini? Apakah ini sekadar simbol kehormatan atau ada makna mendalam di baliknya?

Mari kita menggali lebih dalam tentang pallium, sebuah lambang yang kaya akan makna dan tradisi dalam Gereja Katolik.

2. Apa Itu Pallium?
Pallium adalah sehelai kain wol putih berbentuk lingkaran yang dikenakan di bahu, dengan dua ujung yang menjuntai di bagian depan dan belakang. Kain ini dihiasi dengan enam salib hitam dan terbuat dari wol domba yang diberkati oleh Paus pada Hari Raya St. Agnes (21 Januari).

Secara khusus, pallium diberikan oleh Paus kepada para Uskup Agung Metropolit sebagai tanda kesatuan mereka dengan Takhta Suci dan sebagai simbol tugas gembala yang diberikan kepada mereka.

3. Sejarah Pallium: Dari Romawi Kuno hingga Tradisi Gereja
Asal-usul pallium dapat ditelusuri hingga zaman Kekaisaran Romawi. Pada masa itu, para pejabat tinggi mengenakan jubah khusus sebagai tanda otoritas mereka. Tradisi ini kemudian diadopsi oleh Gereja dan diubah maknanya menjadi simbol pelayanan pastoral.

Pada abad ke-4, pallium mulai digunakan secara khusus oleh para uskup, dan sejak abad ke-9, hanya Uskup Agung Metropolit yang menerima pallium dari Paus sebagai tanda kuasa pastoralnya di wilayah keuskupan-keuskupan sufragan yang ada di bawahnya.

4. Makna Pallium dalam Kehidupan Gereja
Pallium bukan sekadar tanda kehormatan, tetapi memiliki makna teologis yang mendalam:

  • Kesatuan dengan Paus: Menerima pallium berarti seorang Uskup Agung Metropolit diikat dalam kesatuan iman dan misi dengan Bapa Suci.
  • Tanggung Jawab Pastoral: Seperti seorang gembala yang membawa dombanya di bahu, pallium melambangkan tugas seorang uskup untuk menggembalakan umatnya dengan kasih dan pengorbanan.
  • Kesaksian Iman dan Pengorbanan: Wol yang digunakan berasal dari domba yang melambangkan Kristus, Anak Domba Allah, yang mengorbankan diri-Nya bagi keselamatan dunia. Dengan demikian, pallium mengingatkan para uskup akan panggilan mereka untuk menjadi gembala yang siap berkorban demi kawanan domba Kristus.

5. Upacara Penerimaan Pallium
Setiap tahun pada tanggal 29 Juni, Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, Paus memberkati pallium-pallium yang akan diberikan kepada para Uskup Agung Metropolit yang baru. Namun, sejak tahun 2015, Paus tidak lagi langsung mengenakan pallium kepada para Uskup Agung. Sebaliknya, pallium dikirim ke keuskupan masing-masing dan dikenakan dalam upacara yang dipimpin oleh Nunsius Apostolik, melibatkan seluruh umat sebagai bentuk keterlibatan Gereja setempat.

6. Penutup: Undangan untuk Menjadi Gembala yang Baik
Saudara-saudari sekalian, pallium mengingatkan kita bahwa kepemimpinan dalam Gereja bukanlah soal kehormatan, tetapi panggilan untuk melayani dengan rendah hati. Sebagaimana Yesus berkata, “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya” (Yoh 10:11).

Marilah kita berdoa bagi para Uskup Agung kita agar mereka dapat menjadi gembala yang setia, penuh kasih, dan selalu berpegang pada Kristus, Sang Gembala Agung. Semoga kita pun, dalam peran kita masing-masing, setia dalam panggilan untuk menggembalakan dan melayani sesama.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *