Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis
Selasa, 24 Juni 2024
Yes. 49:1-6; Mzm. 139:1-3,13-14ab,14c-15; Kis. 13:22-26; Luk. 1:57-66,80
Hari ini kita merayakan sebuah peristiwa istimewa: Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis. Ia adalah satu dari sedikit orang kudus yang kelahirannya kita rayakan secara liturgis, karena sejak dalam kandungan, Yohanes telah dipilih dan disucikan oleh Allah untuk tugas yang besar: menjadi suara yang berseru-seru di padang gurun, menyiapkan jalan bagi Tuhan.
Kelahirannya sendiri penuh kejutan. Ketika orang-orang sekitar berharap anak itu akan diberi nama “Zakharia,” mengikuti tradisi Yahudi pada waktu itu, Zakharia yang selama berbulan-bulan bisu justru menulis: “Namanya adalah Yohanes.” Nama ini bukan sembarangan. Itu adalah nama yang diberikan langsung oleh Tuhan melalui malaikat-Nya. Yohanes berarti “Tuhan itu murah hati.” Dalam nama itu terkandung misi hidupnya—ia menjadi tanda kemurahan hati Allah yang sedang menyatakan keselamatan bagi umat-Nya.
Peristiwa ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan seringkali bekerja melampaui harapan dan kebiasaan manusia. Dalam masyarakat yang menjunjung tradisi, keputusan Elisabet dan Zakharia untuk menaati suara Tuhan, bukan suara masyarakat, adalah suatu keberanian iman. Iman yang terbuka pada rencana Allah, bahkan ketika itu berbeda dengan harapan orang banyak.
Saudara-saudari terkasih,
Kelahiran Yohanes juga membawa harapan bagi siapa saja yang kini sedang menanti-nantikan buah hati. Elisabet dan Zakharia menunggu lama—mungkin dengan air mata dan kelelahan jiwa—namun mereka tidak kehilangan harapan. Mereka tetap setia dalam doa dan penantian. Maka bagi para pasangan yang masih menantikan anugerah anak, hari ini adalah pengingat: Tuhan tidak pernah tidur atas setiap jeritan hati kita. Ia punya waktu-Nya sendiri, rencana-Nya sendiri. Yang diminta dari kita adalah kesabaran, keterbukaan, dan iman.
Dan bagi para orangtua yang telah menerima anugerah anak, kisah ini menjadi ajakan untuk mengakui bahwa setiap anak adalah titipan Tuhan, bukan milik pribadi. Seperti Yohanes, setiap anak memiliki misi suci dari Tuhan. Maka tugas kita adalah mendampingi mereka bertumbuh dalam kasih, nilai-nilai iman, dan keberanian untuk menjalani panggilan hidup mereka, apa pun itu.
Akhir Injil hari ini mencatat: “Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya.” Semoga itu juga menjadi doa dan harapan kita bagi anak-anak kita: agar mereka bertumbuh bukan hanya secara jasmani, tetapi juga dalam kekuatan roh—memiliki iman yang teguh, hati yang luhur, dan semangat untuk melayani.
Amin.
