Selasa, 25 Februari 2025
Sir 2:1-11; Mrk. 9:30-37
Dalam Injil hari ini, Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya tentang makna sejati menjadi yang terbesar di antara mereka. Saat itu, para murid masih terjebak dalam ambisi duniawi, memperdebatkan siapa yang paling utama di antara mereka. Namun, Yesus dengan tegas membalikkan cara pandang mereka dengan mengatakan, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” (Mrk 9:35).
Kerendahan hati adalah kebajikan yang sering kali sulit diterapkan, terutama dalam dunia yang penuh dengan persaingan dan ambisi. Namun, Yesus mengajarkan bahwa kebesaran sejati tidak terletak pada kedudukan atau kekuasaan, tetapi pada sikap hati yang mau merendahkan diri untuk melayani sesama. Seorang pemimpin yang sejati bukanlah yang ingin dilayani, tetapi yang dengan tulus memberikan diri bagi orang lain.
Yesus memberikan teladan bahwa pelayanan adalah panggilan utama seorang murid Kristus. Ia tidak datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang (bdk. Mat 20:28). Pelayanan sejati bukanlah tentang mencari pujian atau pengakuan, melainkan tentang memberikan diri dengan kasih. Dalam kehidupan sehari-hari, kita dipanggil untuk melayani, baik di dalam keluarga, komunitas, maupun masyarakat dengan sikap rendah hati dan tanpa pamrih.
Yesus berbicara tentang penderitaan dan wafat-Nya kepada para murid, tetapi mereka tidak memahami dan malah takut bertanya (Mrk 9:32). Ini menunjukkan bahwa pengorbanan sering kali tidak mudah dipahami dan diterima. Namun, Yesus ingin menanamkan keberanian kepada para murid agar mereka tidak takut untuk berkorban demi kebaikan. Kerelaan untuk berkorban adalah wujud nyata dari kasih dan pelayanan sejati.
Yesus kemudian mengambil seorang anak kecil dan berkata, “Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.” (Mrk 9:37). Anak kecil dalam budaya Yahudi waktu itu dianggap sebagai yang paling lemah dan tidak memiliki status sosial. Dengan tindakan ini, Yesus ingin mengajarkan bahwa melayani dan memperhatikan mereka yang kecil, lemah, dan tersisih adalah bentuk pelayanan yang sejati. Ini juga mengajak kita untuk memiliki hati yang murni, tulus, dan penuh kepercayaan seperti seorang anak dalam mengikuti Kristus.
Saudara-saudari terkasih, marilah kita meneladani Yesus dengan menghayati kerendahan hati, melayani sesama tanpa pamrih, dan berani berkorban demi kebaikan. Semoga kita semakin menjadi pribadi yang rendah hati, penuh kasih, dan siap menjadi pelayan bagi sesama, sehingga hidup kita menjadi cerminan kasih Kristus di dunia. Amin.
