Sabtu, Maret 15, 2025
Renungan Harian

Senin, 3 Maret 2025

Sir. 17:24-29; Mrk. 10:17-27

Dalam perikop Injil hari ini, kita mendengar kisah seorang pemuda kaya yang datang kepada Yesus dengan pertanyaan yang sangat penting: “Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Yesus, dalam kasih-Nya, tidak hanya menjawab dengan menyebutkan perintah-perintah Allah, tetapi juga menantangnya untuk menjual segala miliknya, memberikan kepada orang miskin, dan mengikuti-Nya.

Namun, pemuda itu pergi dengan sedih karena ia memiliki banyak harta. Inilah realitas yang sering terjadi dalam hidup kita. Harta duniawi, yang seharusnya menjadi sarana untuk hidup, sering kali justru mengikat hati kita dan menghalangi kita untuk sepenuhnya mengikuti Tuhan. Yesus tidak menolak harta benda, tetapi Ia mengingatkan bahwa harta dapat menjadi penghalang bagi keselamatan jika kita terlalu melekat padanya. Kekayaan sering kali memberikan rasa aman, kuasa, dan kenyamanan, tetapi jika hati kita terikat padanya, kita akan sulit mengandalkan Tuhan. Yesus dengan tegas mengatakan, “Betapa sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah!” (Mrk 10:23).

Panggilan Yesus kepada pemuda kaya untuk menjual hartanya dan mengikut-Nya bukan sekadar ajakan untuk hidup miskin secara materi, tetapi sebuah panggilan untuk hidup dengan hati yang bebas, tidak diperbudak oleh kekayaan. Ini adalah undangan bagi kita semua untuk merefleksikan apakah kita lebih mengandalkan Tuhan atau harta duniawi. Ketika para murid terkejut dengan perkataan Yesus dan bertanya, “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus menjawab, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah” (Mrk 10:27). Ini mengingatkan kita bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha kita semata, melainkan anugerah Allah yang harus kita terima dengan rendah hati.

Saudara-saudari, pesan Injil hari ini mengajak kita untuk memeriksa hati kita. Apakah kita masih terlalu melekat pada harta duniawi? Apakah kita berani mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan? Tuhan tidak meminta kita untuk hidup miskin, tetapi Ia menghendaki agar kita tidak diperbudak oleh kekayaan. Hanya dengan hati yang bebas dan terbuka kepada Tuhan, kita dapat benar-benar mengalami sukacita sejati dalam mengikuti-Nya.

Semoga kita semakin berani melepaskan apa yang menghambat kita untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Amin.

Bagikan ke

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *