Katekese Minggu Ketiga Wilayah Fatululi B: Menjadi Orang Benar, Menghindari Hukuman Allah
Kupang, 18/9/2024 – Umat Wilayah Fatululi B, Paroki St. Maria Assumpta, Kota Baru, melaksanakan katekese minggu ketiga dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2024. Katekese kali ini mengangkat subtema “Menjadi Orang Benar Agar Tidak Mendapat Hukuman”, dengan bahan dari Kitab Habakuk 2:1-20. RD Siprianus Senda, Ketua Komisi Kitab Suci Keuskupan Agung Kupang (KAK), hadir sebagai fasilitator, membimbing umat dalam pendalaman makna teks Kitab Suci.
Kegiatan yang berlangsung di rumah salah seorang umat, Ibu Regina, dihadiri oleh 26 peserta. Acara dimulai dengan doa bersama, memohon tuntunan Roh Kudus dalam memahami pesan-pesan firman Tuhan. RD Sipri kemudian mengajak umat membaca Kitab Habakuk 2:1-20, yang berisi dialog antara Nabi Habakuk dengan Tuhan mengenai kejahatan yang merajalela di Israel dan janji hukuman Allah terhadap bangsa Babel, penindas Israel.
Dalam pemaparannya, RD Sipri menjelaskan bahwa Kitab Habakuk merupakan respons atas situasi ketidakadilan sosial yang dihadapi umat Israel. “Habakuk menyuarakan kegelisahan umat yang menderita di bawah penindasan bangsa Babel. Namun Tuhan memberi jawaban bahwa kejahatan tak akan dibiarkan selamanya. Pada waktunya, penindas akan dihukum, dan orang benar akan diselamatkan karena iman mereka,” jelas RD Sipri.
Metode tanya jawab digunakan untuk membantu peserta memahami makna dari perikop tersebut. Banyak ungkapan puitis kenabian yang sulit dipahami oleh umat, sehingga RD Sipri memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai konteks sejarah dan sosial-politik saat Nabi Habakuk hidup. Babel adalah simbol kekuatan yang menindas umat Israel dengan kekerasan dan ketidakadilan. Umat diajak memahami bahwa teks ini memberikan dua pesan utama: bahwa iman kepada Tuhan harus dijaga dalam situasi apa pun, dan kejahatan akan selalu menerima hukuman dari Allah.
Pesan penting dari katekese ini adalah ajakan untuk hidup sebagai orang benar. “Habakuk menegaskan bahwa orang benar hidup oleh iman, sementara penindas yang mengandalkan kekuatan mereka sendiri akan mengalami hukuman ilahi. Poin penting yang bisa kita ambil adalah bagaimana kita semua, sebagai umat beriman, diajak untuk berjuang menjadi orang benar agar tidak mendapat hukuman dari Tuhan,” lanjut RD Sipri.
Pada tahap sharing pengalaman, enam peserta secara sukarela membagikan kesaksian iman mereka. Mereka mengisahkan bagaimana mereka berusaha hidup sebagai orang benar di tengah godaan untuk berbuat curang demi keuntungan pribadi. Beberapa peserta mengaku menghadapi situasi sulit di tempat kerja atau dalam mendidik anak-anak, di mana godaan untuk mengikuti arus dunia sangat besar. Namun, mereka memilih tetap teguh berpegang pada iman Katolik, meskipun itu berarti menghadapi kesulitan.
Bapak Yohanes, salah satu peserta, berbagi kisah tentang perjuangannya dalam menghadapi persaingan tidak sehat di tempat kerja. “Saya percaya, Tuhan berpihak pada orang yang hidup benar. Meskipun berat, saya memilih untuk tidak terlibat dalam kecurangan, karena saya tahu, hidup benar adalah panggilan iman kita,” ujarnya.
Kegiatan ini diakhiri dengan doa penutup yang dipimpin oleh RD Sipri Senda, dilanjutkan dengan makan bersama sebagai tanda syukur dan persaudaraan di antara umat. Katekese minggu ketiga ini diharapkan semakin memantapkan komitmen umat untuk hidup sebagai orang benar, sesuai ajaran Kitab Suci.